Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) gagal berdiri. Boleh dikatakan para pengikutnya ada yang sekarang meringkuk dalam penjara di Irak atau Suriah dan sudah tentu banyak pula yang tewas.
Ide mendirikan negara itu pupus sudah. Awalnya banyak sekali yang tertarik masuk ke dalamnya, bergabung dan rela meninggalkan tanah airnya untuk bergabung dengan ISIS. Termasuk warga negara Indonesia.
Pagi ini, Jumat, 29 Maret 2019, "KompasTV," mengulas tentang keberadaan ISIS tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa Indonesia yang banyak juga warga negaranya pergi menjadi gerilyawan di Irak dan Suriah, sudah kembali lagi ke tanah air. Menjelang Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2019, sudah tentu Indonesia harus lebih berhati-hati. Memang mereka sudah kembali ke Indonesia, tetapi apakah kita mengetahui bahwa mereka betul-betul meninggalkan ideologi yang dianutnya ketika dibaiat masuk menjadi anggota ISIS.
Jawabannya sudah tentu tidak. Ideologi ISIS yang juga harus dibaiat terlebih dahulu membuktikan bahwa mereka yang berasal dari Indonesia tidak lagi setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kita lihat peta Indonesia. Coba kita mengarahkan pandangan ke Pulau Kalimantan sebelah utaranya. Ada negara Malaysia. Di atasnya ada Pulau Mindanao, Filipina. Di tempat inilah bermukim sebagian besar penduduk Filipina yang beragama Islam.
Mereka hingga hari ini diiberi otonomi khusus, tetapi sekarang ISIS pun telah masuk ke wilayah Muslim Filipina tersebut. Suka atau tidak suka, mereka di antaranya berasal dari gerilyawan ISIS di Irak dan Suriah, kemudian bergabung dengan Muslim Moro di Filipina Selatan. Ini pun harus diwaspadai oleh bangsa Indonesia menjelang Pilpres dan Pemilu, bulan April 2019 mendatang.Sebagai gerilyawan yang tidak puas dengan situasi dan kondisi di Irak dan Suriah, di mana gagasan mereka gagal, tidak menutup kemungkinan, mereka akan masuk ke Filipina Selatan dan kemudian masuk ke Indonesia. Tentang ISIS ini, saya menyambut baik gagasan Presiden AS Donald Trump yang tidak mengizinkan lagi warganya yang terlibat ISIS untuk masuk kembali ke AS.
Donald Trump menganggap bahwa warga negaranya yang terlibat ISIS, maka ia bukan lagi warga negara AS, karena sudah disumpah berideologi ISIS. Benar, Trumplah yang dalam kampanyenya dulu mengatakan mantan Presiden Barack Obama yang menbentuk ISIS. Yang jelas AS, tetapi untuk tidak mau terlalu banyak mengambil resiko dengan kehadiran ISIS, ia tidak mau mengambil resiko terlalu besar.
Ketika terjadi penembakan di dua masjid di New Zealand, kita angkat jempol dengan perdana menterinya, Jacinda Ardern. Ia cepat meredam kemarahan umat Islam. Ia datang sewaktu acara pemakamam.
Hari Jumat lalu, untuk pertama kalinya suara azan diperdengarkan ke seluruh wilayah di New Zealand. Ia juga memakai penutup kepala sebagaimana warga Muslim. Pertanyaannya, apakah gerilyawan yang gagal mendirikan Negara Islam di Irak dan Suriah yang kini melakukan aksinya di luar Irak dan Suriah bisa memahaminya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H