Inilah gambaran ruang dalam Masjid Al-Kufa, di Kufa, Irak. Masjid ini sangat terkenal di dunia, oleh karena itu hampir setiap waktu muncul di berbagai ulasan berita.
Masjid ini pernah saya kunjungi pada 20 September 2014. Waktu itu, saya bersama staf Kedutaan Besar Indonesia di Irak menuju ke kota Kufa di Irak. Kota ini berdiri sejak tahun 638 Masehi atau Abad VII. Pendirinya adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Sa'ad bin Abi Waqqas. Pada saat itu, umat Islam sedang dipimpin Khalifah Umar bin Khaththab. Kufa dimaksudkan awalnya sebagai ibu kota provinsi Irak.
Di dalam masjid, pada masa sahabat Nabi Muhammad SAW, menantu nabi dan Khalifah ke-empat setelah Abu Bakar, Umar, Utsman, yaitu Ali r.a, terdapat ruang kerja beliau tertata rapi. Saya bersama staf Kedutaan Besar Indonesia di Irak menyaksikan rapinya ruang kerja Ali r.a tersebut.
Pada 656 Masehi, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah, pengganti Utsman bin Affan. Waktu itu, kasus terbunuhnya Utsman oleh para pemberontak membuat situasi di Madinah kian genting. Maka dari itu, Ali berinisiatif memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Kufa. Banyak masyarakat setempat pun yang menjadi pendukung kekhalifahan Ali.
Dari zaman ke zaman, Kufa berkembang menjadi kota penting di Dunia Islam. Puncaknya adalah pada era Dinasti Abbasiyah. Kufa bak permata di tengah peradaban Islam. Di sana, lahir banyak ulama dan ilmuwan Muslim terkemuka.
Di antara mereka adalah tiga tokoh penting, yakni sebagai berikut, yaitu Abu Musa Jabir bin Hayyan, Al Kindi dan Imam Hanafi.
Mengenai Abu Musa Jabir bin Hayyan, orang Barat mengenalnya sebagai Geber. Abu Musa Jabir bin Hayyan terlahir di Kufa pada 750 Masehi. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya itu didapatnya dari seorang guru bernama Barmaki Vizier pada era pemerintahan Sultan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Dia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali.
Semasa hidupnya, Jabir telah menuliskan kitab-kitab penting bagi pengembangan ilmu kimia. Beberapa judul kitab yang ditulisnya antara lain: Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab'een, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, dan Al Zilaq al Sharqi.
Kedua, adalah Al-Kindi. Ia salah satu dari 12 pemikir terbesar Islam. Para sejarawan menobatkannya sebagai manusia terbaik pada zamannya. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan. Dunia pun mendapuknya sebagai filosof Arab yang paling tangguh.
Ilmuwan ini lahir di Kufa, 185 Hijirah/801 Masehi. Al-Kindi hidup di era kejayaan Islam Baghdad di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan.
Juga di Kufa, adalah tempat lahir Imam Hanafi. Ia lahir pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699 Masehi di kota Kufa. Nama lengkapnya dalah Nu'man bin Tsabit bin Zautha bin Maha. Kemudian, dia termasyhur dengan gelar Imam Hanafi. Imam Abu Hanafi adalah seorang imam mazhab yang besar dalam dunia Islam.