Ketika usia kita terus bertambah, sudah tentu banyak yang kita alami. Demikian pula saya pada hari Sabtu, 22 September 2018 ini, genap hadir di dunia ini selama 63 tahun. Waktu yang cukup lama, persis sama dengan usia Nabi Muhammad SAW yang meninggal di usia 63 tahun. Sudah tentu Yang Maha Kuasa memiliki rahasia sendiri-sendiri terhadap makhluk yang diciptakanNya.
Tidak sama antara manusia yang satu dengan yang lain. Tetapi merenung akan perjalanan hidup ini, sudah tentu perlu. Berkaca dari tokoh-tokoh yang kita kenal merupakan pelajaran bermanfaat, apalagi jika kita ingin tahu eksistensi manuasia itu sendiri.
Pengalaman yang sangat berkesan kepada diri saya adalah ketika diundang ke Irak oleh Duta Besar Indonesia di Baghdad, Letnan Jenderal (Marinir/Purnawirawan) Safzen Noerdin. Pria kelahiran Aceh, 25 Januari 1952 ini meminta saya harus ke Irak. Ia menganggap saya ikut membantunya sukses menjadi duta besar. Itu benar. Tetapi yang saya lakukan, menurut saya tidaklah seberapa.
Jenderal Safzen Noerdin inilah yang mengenalkan saya ke wilayah penuh dengan kekerasan itu hingga berlangsung hari ini. Sudah berapa banyak korban jiwa berjatuhan di Irak. Isak tangis selalu terdengar di begara yang pernah disebut negeri 1001 malam itu.
Tiba di Bandara Irak, suasana tidak seperti bandara internasional lainnya. Lengang dan sepi. Saya disambut khusus oleh staf kedutaan yang sudah tentu diperintahkan oleh duta besar.
Kemudian ke Padang Karbala dan ke masjid Nabi Ayub AS. Pada saat bersamaan, sepulangnya dari berkunjung ke berbagai tempat bersejarah itu, tiba di kedutaan sudah masuk tanggal 22 September 2014. Suasana hening itu membuat saya leluasa dan tenang merayakan hari kelahiran di kamar saya.
Sudah tentu pula buku BM DIah yang diterbitkan tahun 2018 ini melengkapi buku saya yang ditulis tahun 1992, "Butir-Butir Padi B.M.Diah." Juga di tahun ini, membawa saya ke Irak untuk pertama kali, meski di bulan Desember 1992 tersebut saya tidak bisa langsung ke Irak, tetapi melalui Jordania. Saya melalui jalan darat dari Jordania (Amman) ke Irak (Baghdad).
Pada waktu itu Perserikatan Bangsa-Bangsa memberlakukan Zona Larangan Terbang Paralel 36 derajat utara udara Irak dan Paralel 32 derajat selatan udara Irak. Untuk itu jarak yang saya tempuh dengan taksi di padang pasir yang luas itu, keseluruhannya 885 kilometer dengan waktu 13 jam.