Foto ini diambil dari Kompas.com yang memperlihatkan suasana di bagian wilayah di Irak yang pernah mengalami perang dengan gerilyawan Negara Islam di Irak (ISI). Sering juga dikenal dengan istilah Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Jika melihat dari peta, Irak dan Suriah itu berbatasan. Oleh karena itu, impian pencetus negara ini semula adalah ingin menggabungkan dua negara ini bernama ISIS. Hal ini terjadi setelah Presiden Irak Saddam Hussein terguling dan tewas di tiang gantungan.
Jika berbicara tentang penderitaan bangsa Irak, maka kita tidak bisa hanya merujuk kepada invasi militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ke Irak pada 20 Maret 2003, 15 tahun yang lalu, tetapi merujuk sejak Presiden AS ke-41 George Herbert Walker Bush memerintah. Waktu itulah AS berhasil mempengaruhi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjatuhkan sanksi ekonomi dan pembatasan wilayah udara Irak.
Pembatasan wilayah udara Irak, berarti tidak boleh pesawat udara melintasi udara Irak di garis paralel 32 derajat Lintang Selatan dan 36 derajat Lintang Utara. Akibatnya semua pesawat penumpang yang membawa ke Irak, tidak bisa melintasi udara Irak. Mereka, siapa pun mereka, presiden, menteri negara mana pun harus turun di di Yordania. Itulah negara satu-satunya yang membuka perbatasannya dengan Irak. Negara Arab lainnya, ikut AS dengan menutup perbatasannya dengan Irak.
Ini dikarenakan ulah Irak yang menganeksasi Kuwait dan menduduki kota Kuwait pada Agustus 1990. Tetapi padukan Irak yang menduduki Kuwait diusir dari Kuwait pada perang dengan AS dan sekutunya dari tanggal 18-24 Januari 1991.
Oleh karena itu, sejak 1991 hubungan AS-Irak memburuk, karena berkaitan dengan masalah Kuwait ini. Sebelumnya lagi hubungan AS-Irak terjalin baik dan bahkan sebelumnya terjadi Perang Irak-Iran selama beberapa tahun, AS berpihak kepada Irak. Di saat inilah AS membantu persenjataan Irak. Jika AS dianggap menggunakan senjata pemusnah massal, sangat wajar, karena dalam Perang Irak-Iran, maka AS membantu persenjataan Irak.
Pada bulan Desember 1992, saya diutus Pemimpin Redaksi Harian "Merdeka," BM Diah berkunjung ke Irak. Saya mengalami larangan terbang di udara Irak. Melalui Yordania saya naik taksi menuju ibukota Irak, Baghdad. Jarak yang ditempuh melalui Yordania ke Baghdad dengan naik taksi , secara keseluruhan menempuh jarak 885 kilometer dan lamanya sekitar 13 jam. Itu ditempuh melalui padang pasir yang datar. Saya tidak bisa membayangkan jika jarak itu di wilayah perbukitan.
Di masa Presiden AS George Herbert Bush ini telah terjadi juga perang dengan Irak di Baghdad, tetapi tidak lama kemudian, berhenti dengan sendirinya. Di masa anak George Herbert Walker Bush, yaitu George Walker Bush menjadi Presiden AS ke-43 menggantikan Bill Clinton, maka waktu inilah Irak diduduki. Setelah Presiden Irak Saddam Hussein tewas di tiang gantungan, waktu inilah Negara Islam di Irak (ISI) lahir .
Untuk mengusir pendudukan atas Irak, al-Qaeda dari Afghanistan dipimpin oleh Abu Mush'ab al-Zarqawi masuk Irak dan membantu Jamaah at-Tauhid wal Jihad. Sekanjutnya, pengikut Saddam Hussein bergabung dengan Dewan Syuro Mujahidin Irak yang terdiri dari delapan kelompok milisi bersenjata Irak. Kemudian di Suriah juga berdiri kelompok yang sama. Gabungan Irak dan Suriah ini mewujudkan satu nama, yaitu ISIS.
Setelah AS masuk Irak, maka AS ingin mewujudkan sebuah negara demokrasi, di mana perdana menteri, bukan presiden lagi yang memiliki kewenangan eksekutif. Perdana Menteri (PM) Irak sekarang (dari Islam Syiah) Haidar al-Abadi sedang berusaha mencari dana untuk membangun kembali Irak setelah hancur akibat perang. Pada bulan September 2014, saya ke Irak lagi.
Kembali saya menyaksikan gundukan tanah, akibat perang. Tugas PM Irak sekarang sangat berat, karena selain mencari dana sekitar 88,2 miliar dollar AS atau senilai Rp. 1.200 triliun, ia juga harus menerapkan hukuman kepada koruptor.