Kondisi bangsa Indonesia sekarang ini semakin berat. Itulah pernyataan Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Dr (Hc) Ir Siswono Yudo Husodo ketika diberi kesempatan berbicara di Sarasehan bertema:"Pancasila dan Nasionalisme Era Millineal," Rabu, 29 November 2017, bertempat di Universitas Pancasila.
"Hal ini disebabkan kuatnya arus informasi, yang sebagian merupakan contoh yang buruk, "jelas Siswono, seraya mencontohkan bahwa pendidikan di rumah menjadi terbatas, karena banyak keluarga yang kedua orang tuanya bekerja.
Di sekolah demikian juga, tegas Siswono, pendidikan moral dan etika kurang. Dibanyak sekolah, gurunya amat sibuk mengajar di beberapa sekolah dan tidak adanya mata pelajaran budi pekerti.
Menurut saya, apa yang dikatakan Pak Siswono ini benar. Kebetulan rumah saya dekat dengan sekolahan. Setiap hari saya mendengar dialog anak sekolah yang tidak bermutu lagi. Kalimat-kalimat tidak baik sering dilontarkan. Seandainya mereka mempelajari budi pekerti, bagaimana sopan santun berbicara, hal itu sudah pasti tidak akan terjadi. Pun, dinding rumah saya penuh coret-coretan. Saya lihat, juga di dinding rumah tetangga yang lain. Apa sebabnya?
Menurut saya, memang di sekolah sebagaimana dikatakan Pak Siswono itu benar. Di sekolah tidak ada lagi pekajaran seperti saya alami dulu, mata pelajaran budi pekerti. Pemerintah memang harus memperhatikan ini. Bagaimana seorang yang pintar, tidak berbudi pekerti?
Sangatlah relevan, jika Siswono menggarisbawahi, dampaknya juga terasa ke banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh walikota, bupati, gubernur, anggota DPR/DPRD, menteri dan pengusaha yang sukses. Sogok menyogok dibiarkan berlalu lalang. Hampir setiap hari kita mendengar di media dan elektronik, seseorang harus ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Oleh karena itu, tegas Siswono yang pernah menjadi calon Wakil Presiden RI dalam Pemilu 2004 ini "hidup bermasyarakat diatur bukan hanya oleh aturan hukum yang mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Tetapi juga oleh etika, yang mendifinisikan apa yang baik dan tidak baik.
Di dalam komentarnya yang lain, Siswono juga mengamati perkembangan di berbagai belahan dunia, termasuk Irak. Mengapa saya menekankan Irak. Karena saya melihat langsung peristiwa di negara itu, karena saya ke Irak dua kali, tahun 1992 dan 2014. Benar apa yang dikatakan Siswono, ketidakadilan sedang berlangsung di berbagai belahan dunia, sudah tentu termasuk di Irak.
Sebelumnya Ketua Pusat Studi Pancasila, Dr Hendra Nurtjahjo, SH, M.Hum, telah memberikan sedikit catatan tentang diselenggarakannya Sarasehan Nasional ini. Ia memberi catatan " Jangan pernah benturkan Agama dan Pancasila.Kesalehan dan amal baik dalam agama adalah pengamalan-pengamalan Pancasila itu sendiri."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H