Setiap tanggal 11 Maret, bangsa Indonesia memperingati hari peralihan kekuasaan melalui Surat Perintah 11 Maret 1966 atau seing disingkat Supersemar.Di tahun ke-51 tahun 2017 kali ini, masjid At Tin di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan memperingatinya melalui acara zikir dan salawat untuk negeri pada hari itu.Sudah tentu, acara seperti ini kita sambut dengan rasa syukur.
Setengah abad lebih Supersemar dipersoalkan.Ada beberapa sejarawan menganggap bahwa masalah Supersemar itu telah selesai.Di antaranya sejarawan dari Universitas Indonesia, Prof Dr Susanto Zuhdi melalui sms kepada saya baru baru ini dan Dr Anhar Gonggong pada saat saya bersama beliau di acara Seminar 50 Tahun Supersemar, Hotel Bidakara, Sabtu, 13 Februari 2016.Beliau mengatakan persoalan Supersemar sudah selesai.Semua pelaku sejarah, terutama Presiden Soekarno dan Soeharto telah meninggal dunia.Untuk apa lagi kita bicarakan Supersemar?
Saya pada waktu itu setuju dengan pendapat Dr Anhar Gonggong, masalah Supersemar dianggap selesai.Tetapi ada tetapinya, bukankah kita sebagai bangsa memikirkan ilmu pengetahuan generasi berikutnya? Di Fakultas Hukum UI, di mana saya pernah kuliah di sana, ada mata kuliah Ilmu Perundang-undangan.Jika Supersemar asli berhasil ditemukan, Supersemar itu bisa didiskusikan dalam mata kuliah tersebut.Tetapi yang terjadi sekarang, mana mungkin Supersemar palsu harus didiskusikan?
Selain itu, Agen Intelijen Amerika Serikat (CIA) pada 12 April 1966 mengungkap nasib Ketua Central Comitte PKI (CC PKI) Dipo Nusantara Aidit.Itu sudah dirilis kepada umum.Semakin jelas, bahwa kabut di sekitar Supersemar masih perlu diperbincangkan, tidak dianggap selesai.Apalagi kita membaca pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sambutannya pada peluncuran buku memoir Jenderal M Jusuf Panglima para Prajurit di Jakarta, Jumat malam (10 Maret 2006 yang dikutip "Media Indonesia," Sabtu, 11 Maret 2006 halaman 12 :
"Naskah asli Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang tidak diketahui keberadaannya selama 40 tahun (sekarang 51 tahun.pen) saat ini berada di tangan mantan Presiden Soeharto."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H