Perjanjian Camp David, pengakuan eksistensi Israel oleh Mesir, memakan korban, Anwar Sadat dibunuh, 6 Oktober 1981. Meskipun sampai sekarang, 2012, k0nflik di Kawasan Timur Tengah belum juga tercipta, tetapi Perjanjian Camp David menorehkan realisasi awal upaya perdamaian mengatasi "konflik abadi" kawasan Timur Tengah. Indonesia yang berkat seorang Rais Abin, ikut serta mengawal terjadinya Perjanjian Camp David. Rais Abin melaksanakan perintah Dewan Keamanan PBB lewat Sekjen-nya, Dr.Kurt Waldheim:ciptakan perdamaian, lain tidak !
[caption id="attachment_410796" align="aligncenter" width="500" caption="Rais Abin bersama Dasman Djamaluddin (Penulis)"]
Dalam hal kedua, tercatat dalam sejarah Indonesia, jabatan itu belum pernah dipegang perwira Indonesia. Ada banyak perwira Indonesia pernah ditugaskan dalam Pasukan Perdamaian PBB di berbagai negara, tetapi dengan kedudukan tertinggi Komandan Brigade. Membanggakan, kalau pejabat sebelumnya yang dia ganti juga Kepala Staf AD, Ghana, Erskine dengan pangkat mayor jenderal, Rais Abin melaksanakan tugas itu dengan pangkat brigadir jenderal.
Kepercayaan DK PBB, keberhasilan Rais Abin dengan setidak-tidaknya dua peristiwa penting dan historis itu niscaya tidak hanya membanggakan Rais Abin bersama keluarga besarnya. Kebanggan itu kebanggaan kita, bangsa dan negara Indonesia.
[caption id="attachment_410797" align="aligncenter" width="544" caption="Rais Abin sebagai Ketua Umum Legiun Veteran RI"]
Atas dasar itu saya mendukung penerbitan buku ini, sebagian riwayat hidup salah seorang militer Indonesia, warga Indonesia, yang mendarmabaktikan hidupnya demi citra baik Indonesia di dunia internasional, utamanya dalam ikut serta mengawal proses menuju perdamaian Timur Tengah dengan salah satu titiknya Perjanjian Camp David.
Kehadiran buku ini bermanfaat membangkitkan kesadaran sebagai bangsa bermartabat. Buku his story-gaya dan jenis catatan peristiwa sejarah dengan penekanan ketokohan masing-masing - melainkan ketokohan seorang pelaku sejarah yang bercerita apa adanya dan apa yang dia buat. Dengan demikian saya menggolongkannya sebagai history. Dalam konteks itu, saya apresiasi kesengajaan Rais Abin tidak ingin menonjolkan diri. Dia berkisar lewat perbuatan, bukan perkataan, bukan menampilkan his story hidupnya. Begitu dia tanpa sengaja membangkitkan kembali kebesaran bangsa-negara bangsa Indonesia-proses jatuh bangun mengindonesia.
[caption id="attachment_410801" align="aligncenter" width="275" caption="Berbincang di ruang kerja Pak Rais Abin"]
Seperti mertuanya, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hidayat Martaatmadja, dalam kedudukan Panglima Komando Sumatera di saat Bung Karno-Bung Hatta-Bung Sjahrir-H.Agus Salim ditahan militer Belanda, nyaris juga tidak terdengar. Padahal ayah Dewi Asiah Rais Abin, isteri Rais Abin, itu ikut berperan besar dalam pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang berkedudukan di Bukittinggi. Tulis Rosihan Anwar dalam obituari kepergian Hidayat Martaatmadja, 24 Oktober 2005,"...karena tidak dikenal, orang pun bertanya-tanya: Hidayat who? Siapa Hidayat ?"
Bapak Rais Abin tentu tidak ingin mendapatkan pertanyaan usil "Rais Abin who?" Buku ini jauh dari maksud itu. Buku ini hanya ingin menyampaikan apa yang dia buat, bukan apa yang dia katakan, apalagi siapa Rais Abin, jauh dari maksud menonjolkan diri !
Jakarta, Agustus 2012