[caption id="attachment_411161" align="aligncenter" width="433" caption="Bung Karno Pidato di KAA 1955 (Foto:Antara)"][/caption]
Konferensi Asia Afrika di Bandung , 18-25 April 1955 merupakan momen bersejarah bukan hanya Indonesia tetapi juga dunia. Kali ini akan diperingati konferensi itu ke-60, sudah tentu di Bandung. Radio El-Shinta, Minggu, 19 April 2015 pukul 10.00 WIB. mewawancarai saya sebagai Sejarawan. Inilah beberapa pointer hasil wawancara Radio El-Shinta dengan saya tersebut.
Ketika dipertanyakan kepada saya, mengenai pendapat tentang peringatan Konferensi Asia Afrika ke 60 di Bandung, saya menyambutnya dengan baik. Itu adalah momen bersejarah buat bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Tetapi ketika persoalan itu dihadapkan ke masalah, sejauh mana peranan Indonesia sekarang di dunia internasional, saya menunjuk ke peristiwa pemberangusan ajaran-ajaran Bung Karno dan foto-foto serta diri Bung Karno sendiri pada tahun 1966.
[caption id="attachment_411163" align="aligncenter" width="286" caption="Para pemimpin dunia di KAA (Foto Dokumentasi)"]
[caption id="attachment_411164" align="aligncenter" width="281" caption="Suasana di luar gedung KAA, Bandung, 1955"]
Inilah sebetulnya yang saya sesalkan bahwa sejarah yang dibentuk oleh Soekarno pada tahun 1955 itu, otomatis tidak berkelanjutan ke tahun tahun berikutnya. Tiongkok menurut saya sangat baik memainkan peranannya. Negara tersebut memperhatikan kesinambungan sejarah. Tiongkok dulu berbeda dengan Tiongkok sekarang. Ia tidak merubah tetapi memodernisir.
[caption id="attachment_411168" align="aligncenter" width="226" caption="Berbagai perundingan dilakukan membebaskan diri dari Imperialisme (Foto: Dokumentasi)"]
Saya mencoba sedikit kembali ke sejarah Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), di mana Amerika Serikat berusaha masuk ke Indonesia melalui Menteri Luar Negeri PRRI Maludin Simbolon, agar minyak Caltex di Riau .Dibumihanguskan. Simbolon menolak permintaan tersebut. Seandainya saja, Simbolon melakukannya, Amerika Serikat sudah masuk ke Indonesia dengan alasan kilang minyaknya dibakar. Inilah nasionalis Simbolon, Menteri Luar Negeri PRRI.
Ketika Indonesia ingin merebut Irian Barat (Papua), situasi betul-betul tak terelakan. Uni Soviet sudah mengirimkan pasukannya ke wilayah dekat Papua, Amerika Serikat cemas dan bersedia membantu di dalam perundingan dengan Belanda, mendesaknya agar keluar dari Papua. Dengan catatan PKI harus dibubarkan. Catatan terakhir ini merupakan pertemuan rahasia dengan Adam Malik, Menteri Luar Negeri RI.
Bung Karno tidak ingin membubarkannya karena PKI muncul berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No.X yang kemudian menempatkan PKI di empat besar dalam Pemilihan Umum 1955. Setelah memperoleh Supersemar, sehari setelahnya Soeharto membubarkan PKI.
Setelah itu gagasan-gagasan Bung Karno melalui ajaran-ajarannya tentang Indonesia ke depan dan berbagai ide-idenya yang dikumandangkan di dunia, lenyap begitu saja. Jadi tidak ada kesinambungan suatu pemikiran-pemikiran di masa Soekarno ke Soeharto.
Apa yang dikatakan Bung Karno sebagai imperialisme baru, saya setuju. Saya mencontohkan apa yang terjadi di Irak, sebuah negara yang ikut mendukung kemerdekaan Indonesia. Kita bisa melihat apa yang terjadi di Irak sekarang seiring keberangkatan saya ke sana September 2014. Saya melihatnya jauh berbeda dengan situasi Irak ketika saya ke sana pada tahun 1992.Inilah yang saya maksud Imperialisme baru.
Indonesia pun demikian juga.Kenyataan yang dihadapi negara-negara Dunia Ketiga berganti dengan imperialisme baru sebagaimana dikatakan dan diingatkan Bung Karno. Jika hanya untuk memperingati, maka KAA masih relevan dan saya setuju. Tetapi ketika kita berbicara apa yang terjadi sekarang dengan negara-negara anggota Konferensi Asia Afrika dan gagasan-gagasannya, kita bisa mengatakan, terjadi sebuah kegagalan. Imperialsme telah berganti baju dengan imperialisme baru.
[caption id="attachment_411169" align="aligncenter" width="275" caption="Presiden Soekarno juga berpidato di PBB (Foto: Dokumentasi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H