Bagaimana Indonesia? Kita masih bergelut ingin memberantas korupsi. Kita berniat memberantas korupsi, tetapi di pihak lain kita pun enggan melakukannya. Umpamanya, perdebatan masalah penyadapan di RUU KUHP. Awalnya KPK tidak diajak berdiskusi, tetapi akhirnya diajak juga. Contoh lain, diizinkannya PK lebih satu kali. Bisa saja pengadilan menyatakan salah kepada seseorang yang korupsi, tetapi dikarenakan diizinkan PK lebih satu kali, bukan tidak mungkin, hukumannya diperingan atau dibebaskan. Bagaimana kita ingin memberantas korupsi dengan sungguh-sungguh seperti di China?
Yang jelas sudah tentu kita berharap hanya kepada pemerintahan baru nantinya atau anggota perwakilan rakyat yang terpilih. Bagaimana pun di bulan Maret ini, waktu yang diberikan kepada pemerintahan lama hampir berakhir. Presiden dan anggota legislatif sekarang sudah akan mengakhiri jabatannya.
Di samping itu, Indonesia tahun 2015, setelah Presiden RI terpilih nantinya melaksanakan tugasnya, akan menjadi tahun penentuan bagi perekonomian Indonesia, terutama dengan mulai berlaku efektifnya Masyarakat Ekonomi Asia. Di sini akan dipertaruhkan, apakah Indonesia akan menjadi pemenang atau menjadi pecundang.
Menarik juga kita simak editorial Harian Kompas, Jumat, 14 Maret 2014 yang mengutip pendapat Guru Besar Ekonomi (Emeritus) Universitas Boston Gustav Papanek yang melalkukan penelitian bersama Raden Pardede dari CReco Institute dan Prof Dr Suahasil Nazarra dari Universitas Indonesia, bahwa Indonesia akan tumbuh sesuai potensinya jika (sekali lagi saya menambahkan "JIKA') pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 mampu memanfaatkan peluang emas di dalam dan luar Indonesia.
"Apa yang disampaikan Papanek dan kawan-kawan mempertegas hal yang berulang kali dibahas dalam berbagai forum di dalam negeri. Industrialisasi hampir mandek setelah tahun 1998, bahkan sumbangan industri manufaktur terhadap ekonomi nasional pada 2012-2013 minus. Indonesia terlalu bergantung pada ekspor komoditas. Jatuhnya harga di pasar dunia tahun lalu ikut memukul neraca perdagangan.'
Kembali kepada pendapat tiga ahli ekonomi ini, memang semuanya tergantung kepada hasil Pemilu 2014, apakah kita bisa menghasilkan pemimpin yang mampu dan berani mengambil strtaegi pembangunan berorientasi penciptaan lapangan kerja dan pemerataan atau tidak. Intinya Indonesia butuh pertumbuhan BERKUALITAS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H