Mohon tunggu...
Dasilva ari
Dasilva ari Mohon Tunggu... Pengacara - Sebab kita sering lupa, maka menulis adalah kunci

Coguyon ergo sum

Selanjutnya

Tutup

Money

Sepertinya, Barista Kopi Harus Belajar dari Tukang Nasi Goreng

3 Desember 2021   14:25 Diperbarui: 3 Desember 2021   14:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penikmat Nasi Goreng dan Kopi, saya ingin menyarankan agar seluruh barista perkopian untuk belajar menakar bahan-bahan yang disajikan sebagai menu kepada tukang nasi goreng. Atau minimal melihat dengan seksama bagaimana tukang nasi goreng meracik bumbu-bumbu kedalam 1 porsi nasi goreng.

Sebab, saya ini kadang jengkel banget sama rasa kopi di Kafe yang sering berubah-ubah. Beda barista beda juga rasanya,  padahal bahan kopinya sama, bahan susunya sama, bahkan takaran kopi untuk satu gelas kopi juga sama. Bahkan mereka ini sudah pakai alat bantu berupa timbangan untuk mengukur kadar kopi, susu atau airnya. Tapi tetap saja rasa nya seringkali beda-beda.

Entah mereka barista kopi ini mungkin lupa dengan namanya kualitas penyajian atau bagaimana. kadang yang bikin saya tambah curiga dengan mereka barista ini, sering saya lihat mereka membuat racikan minuman sambil pushrank, nyanyi-nyanyi sendiri, nonton TV, mengendalikan roda perputaran ekonomi bangsa, dan tindakan lainnya yang tidak berguna saat meracik minuman. 

Dengan gambaran tidak fokus dengan apa yang jadi orderan customer.  Maka sering kali saya mengalami, harusnya pesan kopi susu panas, yang diantar es kopi susu. Hazzszzsh

Maka dari itu saya sarankan kepada barista untuk setidaknya belajar penyajian pesanan customer dari Tukang nasi goreng. Bagi saya, tukang nasi goreng adalah top global penyaji makanan kepada costomer. 

Sampai saya menulis tulisan ini, saya tidak pernah merasakan beli nasi goreng di tukang nasi goreng yang rasanya keasinan, hambar, atau terlalu banyak micin. Dari segi rasa takaran mereka juga selalu pas. Mau berapapun porsi yang diolah dalam satu wajan penggorengan. 

Dalam memasukan garam, gula, micin dan merica, mereka seperti sudah terlatih. Memasukan sesuai kebutuhan tanpa khawatir offside, dan nyatanya rasanya selalu pas.

Secara porsi juga saya tidak pernah meragukan takaran porsi tukang nasi goreng. Pembagian selalu adil dan merata. Misal kita pesan untuk 5 porsi sekaligus, ukuran masing-masing porsi jika dibagi 5 juga tidak pernah berat sebelah, adil. Bahkan saya berani bertaruh, ketika ditimbang, berat masing-masing bungkus juga akan sama.

Tanpa perlu timbangan atau pendidikan khusus, tukang nasi paham betul bagaimana melakukan quality control produknya. Konsitensi mereka dalam setiap penyajian tidak bisa dianggap remeh, seolah-olah mereka menyatu dengan setiap gesekan wajan. 

Bahkan beberapa dari mereka memang dilahirkan untuk menjadi tukang nasi goreng, seperti kata pepatah Passion make Perfection, hal ini yang sepertinya belum dimiliki para barista yang saya temui. Maka dari itu, saya pikir ndak terlalu berlebihan kalau barista ini harus belajar banyak dari tukang nasi goreng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun