Syarat mendirikan sebuah negara apapun bentuknya sebenarnya mudah. Hanya ada 4 hal: pemerintahan yang sah, adanya rakyat, adanya wilayah, dan pengakuan dari negara lain.
Bagi Maharaja Totok Santoso, pendiri dan pemimpin Kerajaan Agung Sejagat, hal itu sulit didapatkannya karena ada satu yang kurang, yaitu pengakuan dari negara lain.Â
Boro-boro mendapatkan pengakuan dari negara lain, negara tetangga terdekat yaitu Indonesia saja tidak mau mengakui. Bahkan malah Sang Maharaja ditangkap dan dituduh melakukan penipuan.
Tapi aku juga berpikir apa yang merasuki pikiran Totok Santoso. Mungkin beliau mendirikan negara sebagai kritik atas pemerintahan yang sekarang, seperti apa yang dilakukan Republik The Panasdalam gagasan Pidi Baiq, misalnya.
Atau mungkin juga dia membentuk kerajaan itu atas dorongan batin setelah nonton drama series Game of Thrones, untuk menjaga tahta Iron Thrones.
Halah, mungkin sih ya, Maharaja Totok cuma ingin menjaga garis trah keturunannya. Mungkin hanya ingin menyenangkan anaknya saja yang ingin jadi princess seperti di dunia Disney.
Tapi masa sih, semudah itu alasanya sampai beliau membuat kerajaan? Bahkan tidak hanya mendirikan dalam rupa seragam-seragam ala cosplay, beliau sampai membuat struktur kerajaan yang tertata rapi melebihi struktur dalam organisasi.
Mari kita ulas prediksi mengapa beliau berani-beraninya mendirikan kerajaan, menggunakan alasan poleksosbudhankam (politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan).
Ditinjau dari aspek politik, hadirnya Kerajaan Agung Sejagat mungkin ingin menciptakan trah kekuasaan yang berasal dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Logika berpikirnya, daripada menunggu untuk mendapat porsi jabatan melalui partai politik dan lewat jalur kontestasi Pemilihan Umum yang cenderung lama, akhirnya beliau membuat sendiri tatanan yang bisa langsung diisi tanpa melalui proses itu. Maka beliau mendirikan kerajaan dan sistem pemerintahan sendiri.
Dari segi ekonomi, beliau ingin menciptakan struktur ekonomi yang langsung menjangkau lapisan akar rumput masyarakat. Beliau merasa pemerataan ekonomi masih belum stabil di bawah pemerintahan Indonesia. Beliau ingin turut andil langsung dalam mengentaskan kemiskinan bangsa melalui struktur politik Kerajaan Agung Sejagat.