Untuk memberikan wadah lain bagi siapa saja yang ingin belajar menulis atau bisnis, Indscript Creative juga memiliki komunitas menulis (Ibu-Ibu Doyan Nulis/IIDN) dan komunitas bisnis (Ibu-Ibu Doyan Bisnis/IIDB).
Di tahun 2009, Indscript Creative mengembangkan penulisan buku biografi. Sampai sekarang, lini penulisan ini terus berkembang. Klien pertama Indscript Creative untuk buku biografi adalah pemilik brownies Amanda, kemudian disusul Ninih Muthmainah, Siti Muntamah Oded, Atalia Praratya Kamil, dan ekpatriat asal Jepang. Indscript Creative memang mengkhususkan buku biografi kepada pejabat-pejabat dan pengusaha kelas kakap, dikarenakan jasa pembuatan buku biografi tidak murah yaitu 120 juta.
Pada tahun 2015, Indari melakukan direct selling. Ia berpikir untuk membuat produk dan didistribusikan secara masif. Dengan demikian ia dapat menghasilkan uang setiap hari. Produk pertamanya adalah board, seperti board pencapaian target, board mimpi dan hingga kini berkembang menjadi berbagai macam board.Â
Di tahun 2015 juga, Teteh Indari melakukan direct selling untuk buku, dari mulai penulisan, pencetakan, dan pendistribusian dilakukan oleh Indscript Creative. Hingga saat ini, Indscript mempunyai 10.000 reseller yang memasarkan produk-produknya. Di masa pandemi tahun 2020, Teteh Indari membuat percetakan dan Indie Publisher untuk mencetak bukunya sendiri dan buku-buku dari kelas menulis.Â
Di tahun 2021, Teteh mengembangkan usahanya menjadi agensi blogger. Istilahnya penyambung lidah antara blogger dan perusahaan. Ia juga mengembangkan platform marketplace khusus perempuan dengan nama terhubung.co.id. Di tahun ini pula, Teteh Indari beserta suami membuat channel Youtube tentang pernikahan dengan nama Rumah Teh Iin.
Dalam menjalani bisnisnya  Indari pernah mengalami titik balik(Unforgettablemoment).  yaitu saat usahanya mengalami kebangkrutan. Di tahun 2007 ia memulai bisnisnya dan berkembang sangat pesat, tetapi tidak dibarengi dengan ilmu. Hingga pada akhirnya di tahun 2010 mengalami kebangkrutan. Ia harus melakukan PHK terhadap karyawannya, dari 16 karyawan hanya tersisa tiga karyawan. Momen tersebut lantas menjadi titik balik bagi Teteh Indari. Ia menyadari bahwa bisnis itu butuh ilmu agar bisa bertahan.
saat itu, Â Indari belajar melalui mentoring, coaching, training, dan memperluas networking. Ia mendapatkan akses pembelajaran dari unforgettable moment tersebut. Itulah yang mendorong semangat Teteh untuk belajar, seiring bisnis yang terus bergerak.
Pada awalnya Indscript Creative berdiri dari keinginannya untuk produktif, meski dari rumah. Oleh karenanya, berharap Indscript menjadi perusahaan yang menghasilkan lebih banyak perempuan yang produktif. Â Indari mempunyai visi besar yakni satu juta penulis dan satu juta pembisnis dari kalangan ibu rumah tangga akan dilahirkan melalui Indscript.
Menurut  Indari, kendala terbesar Indscript adalah kecepatan dalam berinovasi yang sangat tinggi, sehingga diperlukan tim yang dapat bergerak cepat pula. Untuk mengatasinya, ia merekrut anak-anak muda, seperti General Manajer Indscript yaitu Mbak Ami yang baru berusia 23 tahun. Tujuannya, untuk membentuk tim yang mampu mengikuti perkembangan digital saat ini. Selain itu, mereka juga mampu menduplikasi kecepatan cara berpikir dan bekerja Indari.
Dalam membangun tim, Indari mengadopsi pada sistem manajemen perusahaan. Ada empat 'kaki meja' yang ia bentuk, divisi operasional, divisi sales dan marketing, divisi keuangan, dan devisi produksi. Selain itu Indari  membuat Standard Operating Procedure (SOP) dan jobdesk yang jelas dari masing-masing divisi, sehingga mudah untuk melakukan training, mentoring, dan evaluasi.
Jenjang posisi di pemasaran ada empat yaitu leader, junior leader, stokis, dan reseller. Saat ini, Indscript mempunyai 630 stokis dari berbagai kecamatan di Indonesia. Namun, ada jenjang karir bagi yang berprestasi untuk menjadi mentor di kelas belajar Indscript.