Masalah dampak pencemaran kembali mengemuka di tengah masyarakat kita setelah ditemukannya "butiran butiran" ukuran kecil dari plastik yang terurai yang dikenal dengan mikroplastik. Temuan mikroplastik dalam berbagai organisme yang dapat berlabuh ke tubuh manusia melalui rantai makanan dapat menjadi salah satu penguat "Teori Kehancuran Alam Raya Melalui Perspektif Biologi" , The Destruction of Universe Through Biologycal Perspective" yang telah penulis sampaikan sejak 12 tahun lalu.
Teori itu dilandasi oleh hipotesa terbentuknya "Giant Mutation Tube" , yakni terbentuknya atmosfir sebagai tabung mutasi raksasa akibat teremisinya berbagai polutans hasil aktivitas manusia ke atmosfir yang kemudian muncul green house effect, black hole, dan munculnya berbagai mutan yangmembahayakan kehidupan.
Fenomena Bleck Hole, lubang ozon, dimana ozon terurai akhibat ion-ion klorida hasil emisi CFC dari freon yang banyak digunakan dalam Air Condition (AC), adalah ancaman serius secara biologis sebab, melimpahnya sinar ultra violet ke atmisfir merupakan mutagent yang sangat dahsyat.
Sinar ultra violet ternyata juga berperan dalam pembentukan mikroplastik yang keberadaannya telah ditemukan pada organisme-organisme laut. Mikroplastik sendiri adalah partikel yang berasal dari luruhan plastik dan masuk ke lingkungan, khususnya perairan, akibat adanya sinar ultraviolet, arus, panas, dan bakteri. Hal itu membutuhkan proses lama, tergantung jenis polimernya, bisa 2 atau 10 tahun, bahkan lebih.
Sumber mikroplastik bukan hanya plastik berukuran besar. Justru sumber utamanya adalah partikel yang berasal dari pembersih muka, sabun, lulur mandi, atau pasta gigi. Sumber lainnya adalah debu ban, cat, dan serat sintetis dari tekstil yang tersebar lewat proses pencucian. Sangat nampak bahwa "ulah tangan manjusia" yang merupakan awal munculnya kehancran alam raya itu sendiri.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam "teori asal-usul kehidupan" dari teori evolusi, manusia menempati kedudukan sebagai puncak evolusi alam raya, dimana pada ahirnya manusia sebagai pengelaola (khalifah), maka pada "teori kehancuran alam Raya melalui perspektif biologi manusia adalah "inisiasi", atau start agent dari kehancuran alam raya itu sendiri. Hal ini dilandasi oleh keyakinan akan firman Allah SWT dalam al quran "
Artinya : "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), "Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42
Mikroplastik dapat dikatakan sebagai salah satu faktor kehancuran alam raya dalam persp[ectif biolog hal ini terkait dengan fakta tentang keberadaan mikroplastik ini sangat mencengangkan, Sebanyak 159 sampel tersebut berasal dari delapan wilayah di lima benua. Termasuk Indonesia yaitu Jabodetabek, Indonesia (21) sampel air keran yang diambil dari lima negara tersebut, 83 persen di antaranya mengandung partikel serat plastik mikroskopis (mikroplastik) Dari 21 sampel yang berasal dari Iindonesia (per sampel rata-rata 500 mililiter) yang diambil, 76 persen di antaranya terkontaminasi mikroplastik.
Artinya, ada 1,9 mikroplastik pada tiap 500 mililiter air keran maupun air tanah. Sebagian besar responden yang diambil airnya sebagai sampel menyatakan air tersebut digunakan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, serta memandikan hewan peliharaan.
Menyangkut ukuran mikroplastik yang ditemukan , ternyata 99,7 persen berukuran 0,1-5 milimeter. Itu berarti ukurannya bisa lebih kecil ketimbang kutu rambut (Pulex irritans) atau plankton Sagitta setosa, yang tidak bakal kelihatan dengan mata telanjang.Â
Sementara itu, Mary Kosuth, peneliti kesehatan lingkungan dari University of Minnesota, dalam studi berjudul "Synthetic Polymer Contamination in Global Drinking Water: Preliminary Report" menyatakan bahwa jumlah rata-rata per liternya mencapai 57 partikel atau sekitar 4,34 partikel per sampel air.
Problematika serius terkait mikroplastik ini hanyalah masaalah waktu untuk meledak hal ini dilandasi fakta bahwa di seluruh penjuru dunia menghasilkan 300 juta ton plastik setiap tahunnya. Itu setara dengan berat 46 Piramida Gizza. Lebih dari 40 persen plastik tersebut hanya digunakan sekali, kadang kurang dari satu menit, lalu dibuang.
Pemakaian yang singkat itu tidak sebanding dengan keberadaannya di lingkungan yang bisa bertahan selama berabad-abad. Sebuah studi memperkirakan lebih dari 8,3 miliar ton plastik telah dihasilkan sejak dekade 1950. Lambatnya proses pengolahan air limbah memungkinkan lebih banyak serat plastik yang dihasilkan..
Menurut studi terbaru diperkirakan sekitar 5 triliun partikel plastik dengan berat total 268.940 ton mengapung di lautan saat ini. Seluruh negara di dunia menyumbang triliunan partikel plastik yang dihasilkan dari sampah plastik 1,3 miliar ton setiap tahun. Sementara itu menurut studi yang dilakukan UNEP (United Nations Environment Programme) setidaknya sebanyak 280 juta ton plastik diproduksi di dunia setiap tahunnya.
Pada tahun 2025, Bank Dunia menyebutkan angka 2,2 miliar ton sampah plastik yang akan dihasilkan di seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkan akibat sampah plastik yang merusak ekosistem laut dan wisata alam setiap tahun sekitar 13 miliar dollar. Indonesia tentu harus sangat prihatin dengan predikat sebagai negara kedua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yaitu 187,2 juta ton setelah China yang mencapai 262,9 juta ton .
Berdasar riset bersama Universitas Hasanuddin dan University of California Davis pada tahun 2014 dan 2015 ditemukan cemaran plastik mikro di saluran pencernaan ikan dan kerang yang dijual di tempat pelelangan ikan terbesar di Makassar, Sulawesi Selatan. Dimana ada 76 ikan yang diteliti kandungan plastik mikronya dari 11 jenis ikan berbeda dimana dari ikan teri sampai tongkol tercemar. Untuk teri, dari 10 ekor, 4 ekor tercemar plastik Kebanyakan plastik mikro di tubuh ikan berbentuk fragmen.
Seperti kita pahami bersama bahwa plastik itu tak bisa luruh butuh puluhan sampai ratusan tahun. Begitu partikel itu masuk tubuh organisme, terakumulasi di jaringan tubuh, dan meracuni organ hati. Selain bersifat karsinogenik, plastik bentuk fragmen berbahaya karena tajam sehingga merusak pencernaan, Dengan kondisi ini dapat dibayaangkan betapa akan luluh lantaknya organisme-organisme yang ada.
Dilihat dari jenis plastiknya ternyata serat yang mengandung mikroplastik tersebut paling tidak memiliki senyawa Polivinil Klorida (Polyvinyl Chlorida/PVC) didalamnya. Telah diketahui bahwa PVC ternyata memiliki sifat merusak tubuh manusia yang mematikan. Setidaknya gangguan kesehatan pada ginjal, hati dan berat badan dilaporkan memiliki kaitan dengan adanya dosis PVC berlebihan ditubuh penderita. Perlu diketahui pula, bahwa Jika seseorang makan enam tiram, kemungkinan mereka akan makan 50 partikel microplastics.
Dilihat dari masalah toksikologi, bahwa kandungan dalam mikroplastik sulit terurai, maka jika kandungan mikroplastik masuk ke dalam tubuh, ia akan tertahan di dalam organ dan sulit disekresikan (dikeluarkan). Akibatnya, organ tubuh bisa terganggu. Sebagai contoh, apabila mikroplastik masuk ke dalam organ, seperti ginjal atau hati, sangat mungkin ia akan mengganggu fungsi kerja ginjal dan hati.
Sementara itu jika di dalamnya ada kandungan polybrominated diphenyl ether (PBDE) yang merupakan unsur pembentuk material tahan api, harus diwaspadai. PBDE merupakan zat yang dapat menyebabkan enzim kesuburan terganggu. Sementara itu zat kimia yang terakumulasi di dalam tubuh juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap tumbuhnya kanker.
Jika kesuburan manusia terganggu, artinya proses regenerasi akan sangat menurun, lahirnya generasi penerus bangsa dapat terganggu. Semengtara itu manusia-manusia dan organisme yang ada akan banyak mengalami kematian akhibat berbagai penyakit karena bersarangnya mikroplastik dalam tubuhnya. Bukankah hal itu akan menimbulkan kehancuran ? Dapat dikatakan bahwa fenomena mikroplasitik menambah panjang daftar bukti kehancuran alam raya dalam perspectif biologi makin panjang. Bukankah demikian ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H