Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selamat Hari Musik, Selamat Berdangdut Makin Asyik

10 Maret 2018   11:54 Diperbarui: 10 Maret 2018   12:17 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Hari Musik Nasional 2018, semoga dengan adanya musyik, dunia bergairah makin asyik. Semoga dengan musik yang makin asyik, perbedaan politik tidak membuat persatuan bangsa terusik. Terkait dengan hari musik, sebagai pecinta musik dangdut, penulis teringat deklarasi musik dalam lirik lagu berikut : 

"Aku mau bicara soal musik
Tentu saja bagi penggemar musik.

Dimana mana di atas dunia
Banyak orang bermain musik
Bermacam macam itu jenis musik
Dari yang pop hingga kelasik

Musik yang kami perdengarkan
Musik yang berirama Melayu
Siapa suka mari dengarkan
Yang tak suka boleh berlalu

Bagi pemusik yang anti Melayu
Boleh minggir jangan mengganggu
Biarkan kami mendendangkan lagu
Lagu kami lagu Melayu..

(Musij, Rhoma Irama)

Lagu Rhoma irama yang ngehit awal tahun tujuh puluhan sewaktu penulis duduk di bangku SMP (waktu perpisahan SMPN 2 Brebes di Gedung Nasional lagu itu dinyanyikan temen penulis bernama Thoyyib) Penulis nilai sebagai deklarasi bermusik dari Sang Radja Dangdut Rhoma Irama.

Deklarasi itu menurut hemat penulis sangat fenomenal dan penting bagi siapapun penggemar musik khususnya penggemar musik tanah air, terkait dengan posisi musik yang sekarang disebut musik dangdut dalam blantika musik nasional. Oleh karena itu, pada hari musik Nasional kali ini, penulis merasa perlu sekedar memaparkan terkait musik sejauh penulis pahami dari keterlibatan penulis sebagai pecinta musik Indonesia. Tulisan ini bersumber pada pengalaman pribadi yang ada, sebagai pandangan orisinal, opini pribadi bukan bersumber dari referensi. Bahan tulisan juga bertumpu pada ingatan pribadi.

Meski musik dikatakan sebagai bahasa universal, dan hal ini banyak dinyatakan sebagai pemeo terutama oleh para politisi untuk merangkul semua penggemar musik dari berbagai jenis aliran, genre atau boleh dikata mahdzab (tentu tujuannya adalah dukungan di pemilu) namun realitasnya musik selalu berhadapan dengan "telinga" penguasa yang telah dipasangi filter "likes and dislike". Filter itu tentu sangat terkait dengan jargon utama yang dipegang teguh penguasa.

Contoh dari fenomena di atas adalah penerapan saringan suka dan tidak suka dari regim orde lama terhadap musik pop yang dijuluki musik "nggak ngik ngok" Pada masa dan era lain, era Orde Baru, dimana orkes Melayu (OM) atau kini lebih familiar disebut sebagai musik dangdut, awalnya disudutkan. 

Bahkan dengan Jargon pancasilaisnya orde baru mendiskreditkan musik dangdut terutama berupa isolasi dari media televisi satu satunya TVRI. Penulis melihat selain alasan karena lagu "laa Ilaha illallah' yang dinilai tidak pancasilais (padahal menyampaikan makna surat Al Ikhlash ) tetapi juga karena realitasnya Rhoma Irama memang berseberangan politik dengan orde baru.

Bukti bahwa isolasi musik atau lebih tepatnya musisi karena politik dapat dilihat langsung di TVRI sendiri yang secara berkala menampilkan musik dangdut dengan genre baru dengan penyanyi Ice Tresnawati, yang kemudian di peristri oleh pengasuh acara Aneka Ria Safari TVRI, Edy Soed. Bahkan karena menguntungkan secara politis, dangdut put dinyanyikan oleh politisi Golkar Basofi Soedirman dengan lagu yang menjadi hit dengan judul "Tidak Semua Laki Laki". Sekitar menjelang pemilu 1992.

Berdasar pengalaman penulis nemandu acara (menuadi MC) dari panggung ke panggung kampanye politik, paling tidak dejak pemilu tahun 1992 hingga saat ini adanya musik dangdut dari panggung panggung kampanye politik nampaknya menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Makanya sangat tidak mengherankan jika dalam hajat meraih suara mayoritas, salah satu Paslon cagub/cawagub di Pilkada serentak 2018 ini terang terangan menggaet dangduters yang sedang populer dengan lagunya yang ngehit, Sayang.

Perjalanan musik dangdut yang diakui atau tidak diakui telah menjadi musik rakyat generasi now, sudah seharusnya diapresiasi oleh pemerintah, bahwa musik dangdut, musik Melayu, adalah warisan intangable culture ,  budaya bangsa Indonesia. Jika tidak, dapat saja diklaim oleh negara Jiran, apalagi dangdut memang mengjlamirkan diri sebagai musik Melayu. India tidak mungkin mengklaim musik dangdut sebab deskripsi dangdut diantaranya adalah 'sulingnya suling bambu, kendangnya kulit lembu " dimana lembu atau sapi sangat dilarang disembelih di India.

Intinya, pada hari musik Nasional ini, klaim musik dangdut sebagai musik Indonesia perlu benar benar diformalkan, hal ini mengingat, musik dangdut semakin diterima oleh masyarakat dunia terutama musik Rhoma Irama yang menjadi kajian kajian akademik oleh peneliti peneliti musik dunia dijampus kampus internasional papan atas

Disisi lain, para musisi dangdut nasional harus terus meningkatkan karya dan performanya agar dangdut tidak disisipkan menjadi musik kelas pinggiran. Untuk itu isi lagu "Seni" dari Raja dangdut Rhoma Irama perlu diperhatikan. Sekali lagi, "" Selamat Hari Musik Nasional,selamat hari Dangdut yang makin mengglobal..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun