Oleh karena itu kontrol  status imunisasi rutin pada anak-anak apakah sudah lengkap atau belum, hal ini sebagai langkah turut serta  mendukung pelaksanaan ORI (outbreak response immunization)  yang diprogramkan oleh pemerintah yang akan dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat. Program ini meruoakan program  pencegahan difteri dengan sasaran anak usia 1 -- < 19 tahun yang tergolong sebagai langkah preventifÂ
Program preventif lain adalah  dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita agar kuman karena kuman bisa menyebar melalui udara. baik pernafasan atau saat batuk.Â
Oleh karena itu petugas kesehatan harus memeriksa tenggorokan pasien yang mungkin  terdapat selaput khas yang kotor sebagai tanda spesifik penyait difteri.
Sementara itu yang ke tiga, mengingat bakteri penyebab penyakit difteri menyebar melalui udara, baik batuk maupun nafas, maka untuk mencegah penularan difteri, penderita maupun masyarakat umum sebaiknya menggunakan masker. terutama bagi khalayak yang mengunjungi penderita  difteri.Â
Sedang upaya pencegahan penyakit difteri berikutnya adalah dengan memastikan lingkungan bersih dan rajin mencuci tangan seperii kita maklumi bersama, Â kuman ada di mana-mana.Â
Mencuci tangan, serta menghindari kontak langsung dengan penderita. Dengan demikian penerapan  pola hidup bersih dan sehat adalah bagian dari upaya pencegahan penyakit difteri ini.Â
Sedangkan sebagai upaya ke lima, yang merupakan tindakan kuratif terhadap pasien yang telah terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriaewajib diberikan antibiotik, serum, dan lainnya agar cepat sembuh dan tidak menular kepada orang lain.Â
Bahkan pada kasus tertentu ada tindakan lain yang lebih dahsyat untuk membantu pasien tetap bernafas adalah dengan trachektomi, yakni memberi lubang pada trachea atau tenggorokan.Â
Perlu diketahui, data menunjukan  20 % penderita  difteri dari kelompok usia balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.Â
Hal ini dikarenakan karena jika penyakit difteri tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa.
Beberapa di antaranya meliputi masalah pernapasan dimana Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan.Â