Penolakan beberapa ustadz untuk memberikan ceramah yang marak ahir-ahir ini tentu saja memprihatinkan bagi kita semua. Disamping rasa keprihatinan terhadap adanya masalah dakwah, penulis melihat ada keprihatinan lain terkait  pemahaman cara /methode dakwah dari kaum muslimin kebanyakan.Â
Hal ini terkait dengan pertanyaan yang umumnya muncul terkait penolakan terhadap UAS. "Ceramah UAS kan lucu, kok ditolak ?", "Lucu, mana ada radikalisme ?" dan sejenisnya, yang intinya kalau lucu itu ya tidak ngefek terhadap komitmen  untuk melakukan sesuat sesuai pesan dakwah itu sendiri. Ini jelas sebuah stigma yang keliru. Tulisan singkat ii beraksud menyampaikan serba sedikit terkait dengan dakwah/ceramah yang lucu/menyenangkan.Â
Dakwah pada intinya adalah "ta'muruna bil ma'ruf watanhauna anil munkar", menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah melakukan perbuatan munkar" Atau kalau misi dakwah adalah ketakwaan maka dakwah itu adalah "menyuruh umat melakukan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya", Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi".Â
Dengan pengertian ini, maka sesungguhnya dakwah adalah mendorong, memotivasi umat untuk meakukan amal kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran sesuai nilai-nilai ang ditentukan Allah dan rasul-Nya. Untuk mendorong itu biasa dikatakan dengan Tabsyir fdan Tandzir, kabar gembira atas amal kebaikan dan ancaman atas perbuatan mungkar yang dilakukan.Â
Dengan demikian sesungguhnya dakwah tidak lepas dari bagaimana memotivasi umat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diajarkan.Â
Yang dimaaksud motivasi adalah suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam rangka mencapai tujuan. Bisa dibilang motivasi itu merupakan bagian penting dari dalam diri manusia, seseorang memerlukan motivasi untuk bisa melakukan sesuatu, sebagai sebuah dorongan untuk mendapatkan sesuatu.Â
Dalam frame motivasi, pada hakekatnya dakwah adalah bagaimana memotivasi umat untuk melangkah di jalan surga dan mencegah umat untuk tidak sekali-kali merambah jalan neraka. Umat dimotivasi untuk tetap di jalan lurus (shirothol mustaqim) dan ketika umat ada langkah keliru merambah jalan neraka, maka umat dimotivasi untuk kembali, yang disebut taubat.
Dikenal bebarapa teori motivasi yang diantaranya : Â pertama, Teori Insting, ke dua Drive Reduction Theory; ke tiga , Arousal Theory, Incentive theory, dan Cognitive Theory. Untuk membahas tentang dakwah UAS penulis batasi untuk menjelaskan dua teori motivasi saja yakni Cognitive Theori dan Arousal Theory.
Mengikuti ceramah ceramah UAS  terutama yang beredar terutama dibebarapa media, sangat jelas bahwa UAS senantiasa mengajak jamaah untuk memahami nilai-nilai Islam melalui penjelasan ilmiah, contoh yang kontekstual, dan bahkan anekdot-anekdot yang relevan. Dalam Teori  motivasi yang memfokuskan pada peran pikiran, harapan dan pengertian individu tentang missi dikenala sebagai Cognitive Theory. Â
Teori ini dibedakan menjadi 2 yaitu, motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik. Pada teori ini muncul expectancy value theory  yaitu jamaah  dimotivasi oleh harapan dimana perilaku individu akan dikaitkan dengan tujuan dan pengertian tentang pentingnya tujuan tersebut, yakni tujuan ajaran Islam itu sendiri.Â
Dalam menyempaikan ilmu keislaman (kognisi) UAS menggunakan cara yang lucu, sehingga umat/jamaah merasakan senang mengikuti dakwahnya dengan harapan tmbul dorongan bagi jama'ah untuk melakukan amal sesuai isi dakwah beliau. Inilah yang disebut sebagai Arousal  Theory.Â
Berdasarkan teori ini seseorang akan mencoba mempertahankan stimulasi dan aktivitas pada level tertentu,meningkatkan dan menurunkannya jika diperlukan. Dari teori ini muncul prinsip  Yerkes - Dodson Law, atau hukum Yerkes - Dodson , yaitu level tertentu dari munculnya motivasi menghasilkan tugas-tugas performance yang optimal.Â
Jadi maksudnya disini adalah, motivasi dipertahankan pada level tertentu. Motivasi di naik -- turunkan pada waktu tertentu. Seseorang mempertahankan motivasi pada level -- level tertentu untuk menghasilkan performa yang optimal. Disinilah pentingnya umat terus diingatkan, dimotivasi melalui pengajian/taklim, karena motivasi beramal juga naik turun, yang sering disebut sebaga "Al imanu yazid wa yanqus", iman itu bertambah dan berkurang.Â
 Secara harfiah, Arousal  berarti pembangkit. Pembangkit disini maknanya adalah gairah atau emosi individu untuk mengerjakan sesuatu.  Sedangkan kaitannya dengan Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya. Â
Efek ini telah diteliti melalui penelitian efek Mozart,  yakni adanya  konsekuensi antara perbedaan kondisi dalam gairah dan mood. Peserta menyelesaikan tes kemampuan spasial setelah mendengarkan musik atau duduk dalam diam.Â
Musiknya adalah sonata Mozart (potongan yang menyenangkan dan energik) untuk beberapa peserta dan Albinoni adagio (lagu yang lamban dan menyedihkan) untuk orang lain. Kami juga mengukur kenikmatan, gairah, dan mood. Kinerja pada tugas spasial lebih baik.
Theory Arousal ini nampaknya diterapkan oleh para wali dalam dakwahnya, sebagaimana kita ketahu, bahwa para wali menggunkan media wayang kulit (Wayang purwa), Lagu-lagu mocopat, maupun tembang-tembang yang menyenangkan bagi umat.Â
Kita sangat mengenal lagu iler-iler yang seungguhnya adalah ajakan untuk berkomitmen pada nilai-nilai Islam bagaimanapun kondisinya (lunyu lunyu penkno) karena akan membuat kebahagiaan bathin (mbasuh dodot ira) dst. Penyamapian pesan mealui Arousal ini juga nampak pada pesan untuk melakukan sholat shubuh sebelum lari pagi yang disampaikan oleh Rhoma Irama melalui lagunya Lari Pagi.Â
Pendek kata, "enjoyen arousal" dalam dakwah telah banyak dilakukan dan menurut penelitian "Efek Mozart" justru melalui pendekatan itu kinerjanya lebih baik.
Memahami Arrosal Theory dan bukti Efek Mozart, yang nampaknya dipilih sebagai metdoda akwah UAS, maka harapan bahwa komitmen berislam, komitmen untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan segala kemungkaran akan tertanam kokoh. Barang kali itulah yang tentu saja ada pihak-pihak kurang berkenan, makanya perlu ditolak.Â
Sayang memang, tetapi itulah resiko. Nabi saja bukan hanya ditolak, tetapi sampai disiksa, dilempari oleh penduduk Thaif. yang terpenting dalam menghadapi semua tantangan itu, kita harus mencontoh Nabi, justru penuh harapan dengan doa-doa beliau.Â
Inilah yang harus kita pahami, bahwa menanamkan komitmen, tidak harus dengan bersitegang otot saat berceramah/berdakwah. Hal itu tentu saja perlu dilakukan, ketika kondisinya memerlukan. Itulah barangkali Esensi bahwa menyeru ke jalan Allah itu harus bilhikmah, wal mauidzotil hasanah dan wajadilhum billati hiya ahsan" (QS. An Nahl : 125).Â
Dan pada kondisi umum dubia penuh tekanan. maka dakmah melalui pendekatan "enjoyment arousal" ini secara umum lebih memenuhi tuntutan psikologis umat dakwah.Â
Darwono Mantan Pengelola Laboratorium Dakwah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H