Idul fithri ini sering kita rayakan sebagai hari kemenangan. Dengan asumsi bahwa kita semua, kaum muslimin telah sukses memenangkan dalam upaya memenuhi tugas kewajiban menjalankan syariat siyam Ramadhan selama satu bulan dengan sega ubo rampe ibadah ikutannya, seperti qiyamul lali (tarawih), Qiroatil Quran, zakat, infak, shodaqoh dan amal-amal kebaika, amal sholeh, baik kesalehan individual maupun sosial. Pertanyaannya, benarkah kita semua pasca Ramadhan menjadi kelompom pemenamg ?
Setiap sesuatu, memiliki paramater spesifik, yang biasa disebut sebagai karakter tertentu. Demikian juga kelompok Pemenang (the Wiinner Group) yang disebut sebagai kelompok Allah (Hizbullah) juga memiliki karakter tersebduri. Karakter Kelompok Pemenang ini dideskripsikan dalam al Quran a babagai betikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (54) إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ (55) وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ (56)
54. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. S
55. Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
56. Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.
QS AL MAIDAH : 54 - 56 menunjukan bahwa karaktwristik Hizbullah, itu memang berbeda drngan lingkungannya. Ketika lingkungan meninggalkan nilai nilai ilahiah, Winner Group ini justru melakukan sebaliknya. Apa yang dilakukan oleh einnet group ini tentu dirada asing oleh lingkungannya, hingga celaan baginya adalah hal yang pasti diali.
Dalam konteks kekinian, hiznullah boleh jadi dianggap kelompok puritan, kurang gaul, gsk ngetop, gak populer. Bahkan sangat mungkin dapat cap cap yang berupa celaan, sebagai kelompok fanatik, kondetvatif, intoleran, rafikal. Semua cap itu tentu saja paramaternya nilai nilai thoghut yang sudah menjadi jalan dan gaya hidup masyaeakatnya. Bagi penganut jalan thoghut hizbullah adalah kelompok asing, namun berbahagialah karena kelompok inolah kelompok yang berjaya. Dalam bahasa iaon kelompok yang dianggap asing (ghuroba)inilah yang mendapat keberuntungan. Mari kita tenungkan sabda Rasilullah SAW berikut.
بَدَأَ الإِسلامُ غريبًا، وسَيَعُودُ غريبًا كما بدَأَ ، فطُوبَى للغرباءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti saat kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing”. (HR. Muslim)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ « إِنَّ الإِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». قَالَ قِيلَ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ النُّزَّاعُ مِنَ الْقَبَائِلِ. قال الشيخ الألباني : صحيح دون قال قيل
“Sesungguhnya Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti saat kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing”. Seseorang bertanya : “Siapakah orang-orang yang asing itu ya Rasulullah e ? “Mereka yang “menyempal” (berseberangan) dari kaumnya”, jawab Rasulullah (HR. Ibnu Majah, Ahmad & Ad Darimi dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani )
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ «إِنَّ الدِّينَ بَدَأَ غَرِيبًا وَيَرْجِعُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِى مِنْ سُنَّتِى ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
“Sesungguhnya Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti saat kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing”. Seseorang bertanya : “Siapakah orang-orang yang asing itu ya Rasulullah ? “Orang-orang yang selalu memperbaiki (melakukan ishlah) di saat manusia merusak sunnah-sunnah ku”, jawab Rasulullah e (HR. At Tirmidzi, dinyatakan Hasan Shahih oleh Imam At Tirmidzi)
« طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ » ﴿رَوَاهُ أحمد ﴾ تعليق شعيب الأرنؤوط : حسن لغيره مكرر
“Beruntunglah orang-orang yang terasing”. Seseorang bertanya : “Siapakah orang-orang yang terasing itu ya Rasulullah ? “Orang-orang shalih yang berada di antara orang-orang jahat yang jumlahnya banyak sekali. Yang menentang mereka lebih banyak dibandingkan yang mengikuti ”, jawab Rasulullah (HR. Ahmad, dinyatakan Hasan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ :”الَّذِينَ يُصْلِحُونَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ
“Siapakah orang-orang yang terasing itu ya Rasulullah ? “Orang-orang yang selalu memperbaiki (amar ma’rur dan nahi munkar) di saat manusia dalam keadaan rusak”, jawab Rasulullah (HR. Thabrani, dengan periwayat yang terpercaya /shahih)
Dari uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa jika memang benaar kita adalah kelompok pemenang, maka pemenuhan karakter dari "Hizbullah" atau Ghuroba ini sudah selayaknya kita miliki, termasuk dengan segala konsekuansi sosialnya. Sebab ditengah arus kehidupan dengan nilai-nilai dan gaya hidup yang semakin jauh dari nilai-nilai iilahiah, maka mau tidak mau kita harus menghadapi relitas sebagai kelompok asing, atau yang dianggap asing atau bahkan yang diasingkan. Konsekuensi ini jelas akan menjadi filter, ayakan alami, kita dapat survive dengan karakter kita, atau kita mencoba terus melakukan penyesuaian-penyesuaian agar bisa diterima lingkungan, agar ngepop, agar gaul, walaupun pada saat yang sama kita mengorbankan nilai-nilai spiritual yang telah kita bangun bersama.
Pada ahirnya, kesuksesan meraih taqwa pada saat kita melakukan riyadloh pada bulan Ramadhanlah yang akan menjadi penentunya. Apakah kita kelompok yang meraih hakikat taqwa dari Ramadhan kita, atau kita sekedar mendapat lapar dan haus belaka. Kita memang tidak tahu nilai yang sebenarnya dari upaya spiritual kita di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sangat wajar jika pada hari-hari ini, jika kita berteme satu dengan yang lain kita mengucapkan doa : Taqobalallahu minna wa minkum !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H