Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pernikahan Senja

7 April 2017   09:56 Diperbarui: 7 April 2017   17:30 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja bisikan kerinduan
Pada kicauan burung
semarak  bersahutan.
Senandungkan puji pujian 
Yaa Robbibi Mustofa 
Baligh maqosidana 
Waghfirlana mamadlo 
Ya wasi'al karomi
merajuk  rancak
Penuh cinta.

Lalu bulan menghijab malam
Saat bokor pancarkan nyala
Dan blencong pantulkan sinarnya
menghiasi  sudut kota tua
Dimana sinden dan nayaga alunkan tembang:
Turun Turun sintren beriring kendang
Dipimpin seorang kemlandang
Yang membisikan doa doa
Hingga kurunganpun bergerak  terbuka !
Lalu  sintren berjoget sempurna
Saat baris lirik kembange si Jaya Endra
Widadari temuruna mencapai caudanya

Malam pun berbisik
Karena dingin mengusik
Tak ada alun asmarandana
Hanya dendang dandang gula
menyelimuti malam pertama
Keheningan pernikahan senja
Tanpa kuade, tanpa ronce ronce
Hanya semerbak melati putih
Di altar  yang terbentang
Dari tempat akad terucap,
Hingga sajadah  imam shalat
dimana kaligrafi ayat ayat
Yang menghiasi putih dindingnya.

Dzikir yang bangkitkan witir
Mengalirkan cahaya surya
Mengusung embun dan bunga bunga
Memutar hari menabur hati
Pada tiap pagu waktu
menyinggung tiap katup jantung berdegup
Hingga nadi meredup surup

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun