Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Sang Teladan

1 Juni 2014   17:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam agama kita (Islam), menurut Rasulullah SAW, untuk menilai seseorang  dapat dilihat siapa sahabat dekatnya. Tentu hal ini kita dapat terapkan untuk menilai Capres-Capres kita. Siapa sahabat sahabat dekat capres-capres kita selama ini. Misalnya, ada informasi  konon Prabowo teman dekat Hercules yang terkenal ,  Jokowi teman dekat si embok bakul batik pasar klewer dll.

Dalam skala partai, parati-partai mana yang dijadikan teman dekat pengusung (Kualisi) apakah kualisi itu penuh partai bersih, atau partai mafia proyek yang korup, ini penting, karena persahabata, kedekatan, kualisi akan berpengaruh pada yang bersangkutan. Kalau dengan pembawa parfum, paling tidak terkena aromanya.

Terus kenali siapa teman-teman dekat para Capres/Cawapres, termasuk terkait dengan nilai-nilai keluarga, Istri dan anak-anak dll, sebab bagaimanapun juga untuk dapat membereskan yang besar harus ditelisik dapat membereskan untuk skala yang lebih kecil atau tidak. Hal ini berjenjang, dari membereskan diri sendiri, memimpin diri sendiri, memimpin keluarga, memimpin masyarakat kemudian memimpin bangsa. Menelisik kepemimpinan diri, kepemimpinan keluarga, kepemimpinan masyarakat untuk menentukan kepemipmpinan nasional, ini sangat perlu dan harus.

Penelisikan dan pendedahan profil calon pemimpin nasional sangat penting dalam kontek hal-hal obyektif dengan fakta-fakta kebenaran terkait dengan kapabilitas kepemimpinannya, termasuk untuk menghindari keterjebakan atas pembangunan imaje, pencitraan yang boleh jadi satu capres kalah dengan capres yang lainnya, padahal kapabilitas sesungguhnya ada di atas kompetitornya itu.  Semua yang dilakukan dalam kontek untuk mendapatkan pemimpin yang terbaikm karena presiden sudah seharusnya menjadi teladan bagi bangsanya.

Jika hal ini menjadi budaya rekruitmen kepemimpinan  ke depan, maka  akan menghasilkan dampak positifm dimana bagi mereka yang ingin tampil menjadi pemimpin, benar-benar harus berusaha menjalani hidupnya, membangun track rekord pengabdian dan prestasinya benar benar dengan kualifikasi yang bersih benar dan bermanfaat, hal ini akan menjdi perubahan besar untuk menjadikan Indonesia Emas dengan emas murni, bukan imitasi, atau sekedar sepuhan. Setiap anak bangsa, generasio muda harus berlomba-lomba, memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.

Dalam masalah tuntutan "kebersihan"  calon pemimpin , dimanapun di seluruh dunia selalu menjadi pertimbangan. Perlu disadari kepemimpinan tidak sekedar menjalankan tugas=tugas atau janji-janji, tetapi dia menjadi fokus perhatian, standard dan teladan bagi yang dipimpinanya. Jika dalam skala negara, maka dia harus dapat menjadi tauladan bangsanya. Hal ini bisa kita lihat di Amerika sendiri yang konon negara serba bebas, mungkin masyarakat akan permisif dengan teman, tetangga atau keluarga atau bahkan masyarakatnya  yang melakukan kebebasan sexual. Namun tidak untuk presidennya. Apa yang telah dialami Bill Clinton dengan pegawai magangnya di Gedung Putih  (Monica) dapat dijadikan sebuah contoh.
Oleh karenanya perlu disadari oleh Capres/Cawapres maupun team suksesnya, bahwa mengungkap lengkap termasuk masalah pribadi seorang calon pemimpin adalah wajar bahkan harus, karena bagaimanapun juga seorang pemimpin memang  dituntut kesempurnaan manusiawinya. Untuk maksud inin, Pengungkapan sisi-sisi yang tidak boleh ada pada diri calon pemimpin tidak harus ditanggapai sebagai kampanye negatif atau black campaign tetapi harus dipandang sebagai proses pengungkapan secara jujur dan lengkap profile yang capres/cawapres.

Apalagi pengungkapan fakta yang sebenarnya bukanlah dalam katagori kampanye hitam sebagaimana didefinisikan oleh wikipedia tentang kampanye hitam sebagai berikut : Penggunaan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan persepsi yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik. komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain secara efisien karena kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan bermain pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.

Untuk keperluan di atas, peran mass media, sosial media dan forum-forum terbuka dapat dimanfaatkan sebagai media penyampaian paparan setiap capres/cawapres secara seimbang. Pemanfaatan yang kurang seimbang, bahkan terkesan untuk mendeskriditkan satu capres dan mempromosikan capres lain adalah tindakan penghianatan yang dpat menuai protes. Dalam kontek ini maka apa yang dilakukan oleh PDIP untuk memantau khutbah-khutbah jum'at di masjid-masjid di Jakarta Timur dapat dipahami, dan tidak perlu ditanggapi dengan emosional dengan mengkambing hitamkan kepentingan umat.

Urain singkat di atas ingn menunjukan bahwa Uswah Hasanah, Tulodo dari presiden tidak sekedar terbatas pada pelaksanaan tugas dan pemenuhan janji-janjinya, tetapi juga pada sikap, perilaku, tindakan hidup dll. Itulah barangkali salah satu konsep kepemimpinan yang diajukan oleh Ki Hajar Dewantara "Ing Ngarsa Sung Tulada".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun