Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Inikah Salah Satu Bukti Tantangan Terhadap TNI?

31 Desember 2014   04:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecelakaan pesawat komersial AirAsia QZ8501 begitu mengundang perhatian , terutama perhatian dari para pengamat penerbangan. Berbagai analisa telah diberikan, dan kenyataanny puing-puing bahkan jenazah para korban juga telah ditemukan. Dari berbagai analisa tersebut, hampir tidak ada yang mengungkapkan kemungkinan pembajakan yang terkait dengan terorisme. Pertanyaannya adalah, Benarkah Kecelakaan pesawat Air Asia itu tidak terkait dengan terorisme ?  Jika ada, apa alasan menjadikan Air Asia QZ8501 ?

Ketika kejadian selain Air Asia QZ8501, ada Enam pesawat yang melintas di sekitar Air Asia, menurut catatan website pemantau lalu lintas udara Flightradar24 adalah Lion Air JT626 Jakarta-Tarakan, Lion Air JT763 Balikpapan-Jakarta, Garuda Indonesia GA531 Banjarmasin-Jakarta, AirAsia QZ502 Denpasar-Singapura, Emirates EK409 Melbourne-Kuala Lumpur, AirAsia QZ550 Denpasar-Kuala Lumpur.

Sementara itu , menurut dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB,  Hari Muhammad, terkait dengan ELT,  sinyal ELT tidak akan menyala jika pesawat mendarat di dalam air. Ada jeda waktu aktivasi sinyal setelah terjadi benturan pada pesawat. "Kalau sudah masuk air repot. Kedalaman beberapa meter sudah nggak bisa sinyal terpancarkan," kata dia. Contoh kasus itu pesawat Malaysia Airlines yang keberadaannya masih misterius hingga kini. Demikian ungkapnya membandingkan dua kejadian antara Air Asia QZ8501 dengan Malaysia Airline MH370.

Meski sejauh  ini, cerita hilangnya AirAsia QZ8501 mirip dengan kasus lenyapnya Malaysia Airlines MH370 pada Maret 2014. Pesawat itu hilang hampir sepuluh bulan setelah tak terdeteksi radar pada penerbangan Kuala Lumpur dan Beijing. Namun, menurut Peter Goelz, analis penerbangan dan mantan pejabat Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat, dan analis lain membeberkan analisanya paling tidak ada 4 (empat) perbedaan  diantara dua insiden tersebut, hal ini diosampaikannya  kepada kantor berita CNN, pada Ahad, 28 Desember 2014.

1. Kontroversi Komunikasi

Saat  pesawat Malaysia Airlines MH370 menghilang, transponder pesawat teridentifikasi sengaja dimatikan, pilot berhenti menyampaikan transmisi radio. Keberadaan pesawat menjadi misterius sebelum diketahui terbang selama berjam-jam sampai semua jejak akhirnya menghilang.

Kekhawatiran atas pembajakan dan teror menyelundup dalam kasus hilangnya MH370, namun sejauh ini dugaan pembajakan belum muncul secara jelas dalam kasus Air Asia.

"Sejauh ini kita memiliki komunikasi normal dengan pilot, lintasan cuaca yang kelihatannya cukup sulit, berat, dan pilot meminta untuk naik setinggi yang dia bisa lakukan untuk ke luar dari kondisi yang sulit itu," kata Goelz.

2. Beda Kedalaman Laut

Pesawat AirAsia QZ8501 terdeteksi hilang di perairan yang kedalamannya dangkal sehingga reruntuhan kemungkinan mudah ditemukan. Dan kenyataannya reruntuhan pesawat dan bahkan korban telahj ditemukan 3 hari setelah kecelakaan.

Adapun lokasi yang diyakini menjadi tempat hilangnya MH370 diperkirakan luar biasa dalam. Lokasi itu semakin misterius karena sejumlah tempat di dasar laut belum dipetakan sehingga sulit mendeteksi sinyal Emergency Locator Transmitetr (ELT) dari pesawat itu.

3. Belajar dari MH370

Beberapa jam setelah pesawat jet Malaysia Airlines lenyap pada Maret lalu, pemerintah Malaysia kebingungan. Para pejabat kerap menyampaikan informasi yang sering bertentangan atau membingungkan. Keluarga penumpang dan keluarga kru mengeluhkan cara perusahaan memperlakukan mereka.

Dalam kasus AirAsia, baik pemerintah Indonesia dan pejabat maskapai tampaknya sudah memilih langkah yang lebih tepat. Keluarga penumpang Air Asia mendapat dukungan untuk melalui 'mimpi buruk' itu.

4. Ketepatan Lokasi

Dengan mengetahui secara lebih tepat lokasi Air Asia saat kehilangan kontak, area pencarian lebih kecil apalagi lautnya dangkal. Menurut Steven Wallace, mantan direktur Badan Investigasi dan Penerbangan Federal Amerika Serikat, hampir pasti akan jauh lebih mudah bagi tim pencari untuk menemukan pesawat Air Asia.

Meskipun para pengamat cenderung "meniadakan" faktor pembajakan,  namun demikian mengingat "bebarapa waktu lalu" TNI ditantang oleh kelompok teroris, maka boleh jadi kasus teroris itu ada betatapun kecilnya kemungkinan. Sudah barang tentu, berbagai skenario yang terjadi pada kasus Malaysia Airlines MH370. Sebab kenyataannya yang menghadapi cuaca yang seperti itu bukan hanya pesawat Air Asia QZ8501 seperti telah diungkapkan di atas.

Hanya saja, siapa yang terlibat dalam "pembajakan" pesawat AirAsia QZ8501 dengan segala "skenarionya" yang berbeda dari Malaysia Airlines MH370 memang perlu juga ditelisik. Skenario yang berbeda itu bisa saja model komunikasi, Masalah ke dalaman laut, semua perubahan bisa saja meruopakan hasil belajar darai kasus Malaysian Air Lines MH370, sudah barang tentu dengan  variasi target-target terorismenya.

Sebagaimana kasus  Malaysia Airline MH370, maka Manifes penumpang Air Asia QZ8501 yang telah beredar  di mass media bisa saja dijadikan awal penelisikan ke arah "pembajakan" tersebut.  Karena dari manifest yang beredar itu,  kita bisa melihat alasan apa dan  mengapa pesawat itu yang menjadi target. Yang terpenting adalah jangan pernah menutup kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun