Mohon tunggu...
Darwin Raja Unggul Munthe
Darwin Raja Unggul Munthe Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Berpikir seperti orang bodoh sehingga giat untuk selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia "Melawan" Indonesia

6 Januari 2017   16:53 Diperbarui: 6 Januari 2017   17:29 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Golongan yang mencoba menolak Pancasila sebagai dasar negara adalah radikalis. Pemikir dan pelaku radikal jelas perusak NKRI. Manusia berlabel Indonesia jika berjiwa radikal sama saja negara sendiri (melawan Indonesia).

Kebhinekaan = Pluralisme = Kekuatan

Golongan lebih senang menonjolkan kesamaan yang tercermin pada golongannya. Golongan seperti membutakan diri melihat adanya perbedaan adalah sebagai kekayaan. Kita masih saja belum sadar dari perbedaan kita sudah menerima kekayaan. Sedikit saja kita mengeksplorasi perbedaan dengan budaya saling mendukung, menghargai dan menghormati, dipastikan akan menghasilkan kemakmuran. Tataplah republik, jangan tetap menetap dipusaran golongan.

Jikalau golongan sudah anti pluralisme, pasti akan cenderung menindas perbedaan, tentu akan melumpuhkan kekuataan. Keberagaman dalam keberagamaan kita sedang mendapatkan ujian yang belum, belum, belum lulus saat ini. Seharusnya kita harus sadar, bahwa; “Apa saja anugerah yang sudah kita nikmati dan terima di bumi Indonesia ini yang sudah kita dustakan?” Kita sudah terlalu asyik dalam mendustakan setiap kebenaran dan fakta. Jika ini tidak kita punahkan dari pikiran yang ada,  berarti kita sudah melawan Indonesia dengan alam kebhinekaan dan kesuburan dan keramah-tamahannya. Mengerikan.

Kekuatan Kebenaran

Kebenaran bukan lagi barang kemewahan pada dielektika di bangsa ini. Kebenaran menjadi barang murah karena kepentingan keberpihakan pada golongan. Golongan sangat kuat menarik keberpihakan. Akibatnya, intoleransi bertumbuh menghimpit pertumbuhan kekuatan. Warna kebencian melunturkan cahaya kebenaran. Kebenaran semakin mudah diputar balikkan untuk dilemahkan dengan kesaksian palsu, hal ini sudah menjadi pameran gratisan. Pangkal ujung persoalan tak lagi dapat diselesaikan dengan kebenaran saja. Kebenaran diperjual belikan untuk bahan kepalsuan, sponsor kepalsuan semakin merajela, jasa ahli pemalsu kebenaran semakin laris manis. Kebenaran tahap mengerikan.

Hakekat kebenaran harus tampil didepan, ditengah dan diakhir dari setiap persoalan yang ada. Kegagalan menempatkan kebenaran diawal dari setiap persoalan, akan menciptakan persoalan baru, dan tak akan menyelesaikan persoalan itu, namun berpotensi menambah persoalan baru. Begitu pentingnya kebenaran yang harus menjadi kata kunci, yakni: “Mengedepankan Kebenaran.”

Bumi Indonesia dimana kita berpijak, saat ini kita semakin kuat menginjak-injak kebajikan/kebijakan yang sudah tertancap dalam, kuat, dari seluruh tenaga, airmata, dan cucuran darah para pejuang bangsa ini. Jumlah pahlawan kita sudah cukup, kita tak perlu harus “ambisi” menjadi “pejuang semu” dengan “perang” melawan bangsa sendiri – Indonesia.

Indonesia butuh keteladanan kebenaran saja, bukan yang suka melawan kebenaran. Pembungkaman kebenaran adalah kemunduran, bagian melawan keluhuran Indonesia. Golongan harus berubah halauan menjadi pengawal kebenaran, jangan menganggap diri sebagai sumbu kebenaran sendiri. Menghargai, menghormati harus menjadi satu ciri, jangan mempertebal rasa iri dan dengki. Semua ini pasti tak ada arti bagi NKRI kita.

Mencari musuh sangat mudah, membina persahabatan harus jadi martabat. Kita bersama melawan kemunduran bangsa, bukan serang-menyerang antar elemen bangsa. Kita semua melawan kebohongan dan kebodohon, bukan mendorong-dorong golongan untuk merongrong bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun