Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Problem Solving Sebagai Inti Entrepreneurship di Era Digital

8 November 2021   23:00 Diperbarui: 9 November 2021   08:17 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital sekarang ini ada orang yang walaupun tidak gaptek tetapi mengalami kesulitan dalam berbelanja online. Dia tahu manfaat dari online, dia tahu betapa untung dan hemat dengan berbelanja secara online, dia tahu tahapan add to cart kemudian checkout, dan dia bahkan tahu cara menggunakan aplikasi WhatsApp. Tapi mengapa kadang untuk bertransaksi saja harus mengandalkan chatting melalui customer care?

Sederhana sekali jawabannya. Dunia berada di tangan kita. Kita setiap hari bangun pagi bukan mementingkan sarapan, melainkan memeriksa handphone terlebih dahulu. Jadi karena semua aktivitas dalam satu genggaman, sehingga pelanggan tidak bisa berlama-lama di dalam satu aplikasi atau website hanya untuk berbelanja yang notabene terkadang bisa menghabiskan waktu sampai 30 menit. Semua harus cepat, waktu terus berjalan dan tidak bisa mundur. 

Oleh karenanya supaya lebih cepat, maka pelanggan langsung chatting melalui customer care. Bahkan lucunya adalah pelanggan terkadang lebih memilih sedikit lebih mahal asal cepat, walaupun selisihnya bisa sampai 20 ribuan. Dua puluh ribuan sudah bisa beli sate bukan?

Entrepreneur harus menempatkan dirinya sebagai seorang pelanggan. Dengan berpikir demikian maka masalah pelanggan bisa terselesaikan. Sepintar apapun seseorang, sebanyak apapun wawasan yang dimiliki, yang terpenting adalah problem solving. Mencintai proses adalah pembelajaran sebenarnya. Coba renungkan ketika lapar di malam hari, memasak mie instan sendiri kemudian makan, rasanya pasti nikmat. Bandingkan jika dimasakin mie instan atau mungkin beli menggunakan aplikasi, setibanya tinggal makan. Emosi yang dirasakan pasti berbeda. Jadi, process is everything.

Sebagai referensi tambahan, silakan tonton YouTube channel saya (ingat like dan subscribe) :


Salam Pengetahuan,

By: Darwin, S.Kom., M.Kom., CPS, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun