Beberapa kalimat seperti di bawah ini pasti sudah sering kita dengar:
1. Dunia sudah terbalik jika dia berubah menjadi baik.
2. Ucapan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
3. Waktu tidur sudah terbalik, pagi menjadi malam, dan malam menjadi pagi.
4. Zaman sudah terbalik.
Kata "terbalik" bersifat unik (istilah trend sekarang ini  adalah anti mainstream) sehingga sering digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu secara denotasi maupun konotasi. Membalikkan sesuatu dapat berubah menjadi masalah jika tidak dikondisikan dengan baik.Â
Misalnya ketika bermaksud memberikan kejutan ulang tahun kepada seseorang. Jika kejutan yang diberikan berpotensi membahayakan nyawa seseorang, maka harus kita hindari. Bagi orang yang menyediakan kejutan mungkin merasa lucu dan menyenangkan, tetapi pernah tidak memikirkan perasaaan orang yang akan dikejutkan?Â
Ketika seorang pengangguran belum mendapatkan pekerjaan, tidak memiliki uang, dan meminta bantuan kita, bagaimana tindakan yang seharusnya kita lakukan?Â
Kita boleh membantu sedikit uang, tetapi tidak boleh dilakukan secara terus-menerus. Jika dilakukan terus, cepat atau lambat dia bisa menjadi seorang pemalas dan secara tidak langsung muncul pemikiran ketika tidak punya uang, tinggal minta saja kepada kita.Â
Di sini kita harus berpikir terbalik (jika terjadi untuk kedua atau ketiga kalinya), kita tidak boleh lagi membantu dalam bentuk uang, melainkan moril atau informasi lowongan pekerjaan sehingga dia bisa berusaha sendiri.Â
Apakah kejam? Jawabannya adalah TIDAK. Seperti ketika hanya seekor ikan kecil yang dimasukkan ke dalam akuarium, dia tidak memiliki ancaman hidup sehingga dia merasa aman dan nyaman. Dia menikmati hidup amannya dan tidak bisa berumur panjang.Â
Sebaliknya jika ikan kecil dimasukkan ke akuarium yang telah dihuni oleh ikan-ikan besar dan pemakan ikan kecil, ikan kecil tersebut akan terus bergerak untuk memperjuangkan kelangsungan hidupnya.Â
Semakin terus bergerak, ikan kecil semakin aktif dan akan terbiasa dengan ancaman hidup tersebut. Dan, ikan kecil tersebut bisa tetap hidup ketika dipindahkan ke media yang lain seperti lautan.
Kita yang memiliki kecukupan sandang dan pangan, kita seharusnya bersyukur dalam menjalani hidup ini. Bayangin bagaimana dengan orang yang tidak memiliki kecukupan sandang dan pangan. Mereka mau makan saja merasa kesulitan, sehingga sehari bisa hanya makan sekali atau tidak sama sekali.Â
Kita harus sering berpikir terbalik, membayangkan bagaimana jika kita menjadi orang lain. Rasakan perasaan mereka. Rasakan kesulitan mereka. Kemudian bandingkan dengan apa yang telah kita miliki. Kita seharusnya bersyukur bukan?
Berpikir terbalik itu penting untuk menumbuhkan empati, yang penting adalah gunakan logika dan hati ketika memposisikan diri sebagai orang lain.
Hidup Kebalikan.
Hidup Empati.
Trust - Do - Feel - Learn
By: Darwin, S.Kom., M.Kom., CPS, CRSP, CH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H