Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Berpikiran Sempit karena Dunia Sudah Cukup Sempit

11 November 2019   07:36 Diperbarui: 11 November 2019   11:41 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita menghadiri suatu acara dan kita ditempatkan di tempat duduk yang sempit, kita merasa tidak nyaman dan berharap acara tersebut segera berakhir supaya bisa meninggalkan tempat tersebut. Bagaimana jika acara tersebut adalah acara wisuda Anda? Walaupun sempit, Anda tetap menikmati acara tersebut karena Anda adalah salah satu tokoh dalam acara tersebut. Kondisi tempatnya sama, tetapi perasaan bisa berbeda. Anda pasti pernah mengalami hal serupa bukan?

Selain itu, pernah tidak Anda mengalami hal berikut?

1. Anda bertemu dengan tetangga Anda ketika bepergian ke luar kota yang sangat jauh. 

2. Anda bertemu dengan seseorang yang tidak Anda sukai ketika Anda sedang menceritakan dia bersama teman Anda.

3. Anda melakukan wisata di akhir pekan setelah merasa stres dengan bos Anda selama seminggu, tetapi di tempat wisata ketemu dengan bos Anda dan Anda diajak jalan bersama dan pulang bersama. 

4. Semakin Anda ingin menghindari seseorang, Anda malah ketemu dia di tempat Anda berada / bersembunyi.

5. Anda memikirkan nasi ayam, ketika pulang kerja di sore hari Anda menemukan keluarga Anda memberikan Anda nasi ayam.

Pikiran kita sebenarnya adalah pelopor atau pembentuk. Percaya tidak percaya, apapun yang ada di pikiran kita bisa menjadi kenyataan, tergantung seberapa kuat visualisasi pikiran kita. Semakin sering kita melakukan visualisasi, semakin peka pula kemampuan pikiran kita merealisasikan hal tersebut. 

Mimpi saja bisa menjadi kenyataan. Ketika terjadi sesuatu yang sama persis dengan apa yang pernah muncul dalam mimpi kita, kita menamakannya de javu. Sebenarnya ini juga tidak terlepas dari bagaimana pikiran kita bekerja. Sebelum kita tidur, kita memikirkan suatu masalah. Masalah tersebut akan berlanjut divisualisasikan ketika kita tidur. Sehingga cepat atau lambat, apa yang telah divisualisasikan bisa menjadi kenyataan ketika kita berada di dunia nyata.

Kita memiliki banyak kelebihan sebagai seorang manusia. Kita mampu berpikir, kita mampu analisis, dan kita mampu mewujudkan apa yang telah dipikirkan dan dianalisis. Semakin lama proses tersebut dijalani, kemampuan dan pengalaman kita bertambah. Kita semakin tahu apa yang harus dilakukan dalam hidup, hal apapun pasti bisa kita lakukan dan lalui. Pikiran itu sendiri juga ikut belajar, pikiran yang mengarahkan hidup kita.

Ketika kita belajar, wawasan kita bertambah, kemudian kebijaksanaan kita juga bertambah. Jika pikiran kita diarahkan ke hal-hal yang bersifat sempit, hidup kita akan dikelilingi oleh kegalauan. Itulah mengapa Penulis menyarankan jangan berpikiran sempit karena dunia sudah cukup sempit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun