"Hellooo... Fisssshh? Fresh Fiiishhh? Fresh Fiiishhh?" suara Ibu itu terdengar nyaring-renyah saat saya jalan mindik-mindik.
"Helloooo?" ujarnya lagi, "Where are you froooom? Japan yeeees?"
Saya toleh ke belakang, ngga ada orang. Depan kosong. Woooh berarti Ibu nya ngomong ke saya. Muahahaha.
"Mboten 'Bu, --dari-- Indonesia" timpal saya sedikit terkekeh lantaran telat nyadarnya. (Mboten = 'Nda)
"Lho" Ibu nya kaget, "Isok boso Jowo toh?! Hoaaalaaaahh" (Isok boso Jowo = Bisa bahasa Jawa)
Mak Lheeeeer... Sontak, ketawa pecah lah sudah itu satu area lapak ikan! Mana barengan pulak. Satu ketawa, ketawa semua.
"Ta pikir wong Jepang 'e... Kok wong Indonesia ngguanteeeeng meeeen" seru Ibu-nya antusias. (Saya pikir orang Jepang, Orang Indonesia kok cakep sekaliii)
"Jek single toh Mas? 'Ta rabi no karo anak ku yooo" (Masih lajang kah Mas? Saya nikahin sama anak saya yaaa)
"Hadyuuuuh... Thooolllooong Shaiyyyaaahhh", pekik saya dalam hati. Asli itu muka saya merah padam nahan malu, sumringah campur jumawa gimanaaa gitu ya rasanya. Hahaha.
Mentari belum waktunya bersinar. Ratusan perahu nelayan mengapung tenang di permukaan air laut. Kelap-kelip lampu warna-warni tampak meriah ditiap ujung tiangnya sebagai penanda keberadaan.
Belum banyak aktivitas kala itu. Hanya segelintir pekerja yang tengah sibuk mondar-mandir. 'Menimba' air laut untuk dipindahkan ke wadah penampungan. Sementara di dalam bangunan pasar, ada pula yang sibuk mengisi es curah ke styrofoam tiap lapak pedagang. Bahu-membahu mempersiapkan segala sesuatunya.
Semburat cahaya mentari perlahan menerangi cakrawala. Aktivitas pasar kian menggeliat. Terlihat sejumlah pekerja mengerumuni dua mobil pickup sarat muatan. Tiap box styrofoam dibuka. Ikan-ikan segar dikeluarkan. Dilakukan pemilahan, ditimbang, lalu didistribusikan.
Ember penuh ikan itu berat. Seriusan berat! Diperlukan paling tidak tiga orang dewasa untuk mengangkatnya. Pekerjaan ngga main-main ini, gumam saya.
Kucing-kucing yang berhasil meng-klaim daerah itu jadi teritorialnya, terlihat sabar menunggu secuil jatah potongan ikan segar. Mereka pintar-kalem. Tidak asal main sambar, membawa kabur hasil jarahannya.
Pasar Ikan Kedonganan terbagi menjadi tiga bagian, area dalam bangunan, area tengah luar, dan dermaga.
Area dalam, fokus ke transaksi jual-beli --lantaran ruang geraknya amat terbatas--. Area tengah luar, selain transaksi, juga untuk kegiatan operasional seperti bongkar-angkut muatan, distribusi es curah dan lain sebagainya.Â
Area dermaga lebih ke aktivitas warga untuk rekreasi. Habiskan waktu bersama keluarga, maupun coba peruntungan dengan memancing. Istimewa punya ini tempat, karena bisa menyaksikan pesawat-pesawat lepas landas ataupun mendarat.
Pasar Ikan terbesar se-Bali ini punya warna tersendiri di hati saya. Orangnya ramah-ramah, interaktif. Mau datang sendiri, ajak kekasih, keluarga --anak-istri--, sanak saudara, orang tua, sampai sarana edukasi pun bisa.Â
Hotel-hotel berkelas 'internisyinil' pun sering menawarkan fish market tour kepada para tamu-tamunya, untuk diperkenalkan berbagai macam jenis ikan hasil tangkapan nelayan. Dijelaskan panjang lebar soal tekstur rasa bila diolah nanti. Yang mendampingi pun bukan orang sembarangan, biasanya Chef-nya langsung yang terjun ke lapangan.
Orang-Orang Tangguh
Mereka yang mencari penghidupan di sini adalah orang-orang hebat. Punya semangat juang tempur tinggi. Saya pribadi mengagumi mereka. Belajar banyak dari warga yang mencucurkan jerih payahnya hingga titik penghabisan.
Ada doa dan pengharapan yang terjalin terus-menerus ditiap gerakan yang mereka lakukan. Terlukis jelas dari pancaran sorot mata. Diterpa ganasnya realita kehidupan untuk menjadi payung keluarga yang menanti di rumah. Meski demikian, dibalik tatap itu, mereka berlaku ramah pada siapa pun dan welas asih penuh kasih sayang.
Sunset dan Seafood yang Mendunia
Pasar Ikan Kedonganan berada di wilayah Barat. Maka tak heran apabila jelang mentari terbenam, suasananya berubah drastis dibandingkan pagi hari.
Semburat merah-jingga pekat di langit, hembus angin laut, lanskap yang menawan, perahu-perahu nelayan, dipadu aneka macam olahan seafood yang menggiurkan. Habiskan waktu dengan kekasih, orang-orang tersayang, adalah momen sakral di sini.
Soal harga dan kenyamanan, tinggal pilih. Disesuaikan dengan budget masing-masing. Mau pilih restoran suasana 'humble' atau restoran yang penuh dipadati turis asing. Masing-masing ada kelebihan-kekurangannya. Soal rasa, saya kira mirip-mirip. Yang membedakan soal kenyamanan.
Terima kasih Pasar Ikan Kedonganan untuk ceritanya. Untuk pengalaman menyenangkan selama saya berada di sana. Untuk energi yang telah dibagikan.
Doa TERBAIK saya untuk kalian semua...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H