Begitu saya turunkan kamera dari wajah, melihat sekeliling, ada apa rupanya... Alamak... Itu yang namanya mentari muncul-se-muncul-munculnya. Ujug-ujug mak-mben-dunduk udah seperti main petak-umpet saja. Padahal 10 detik lalu --detik lho ya ini hitungannya-- 'ngga ada tanda-tanda kemunculannya.Â
Sepuluh detik lalu masih gelap mendung kabut. Mengalami peristiwa itu, saya dibuat melongo-mematung. Ngga nyampe nalar logis pikiran saya, kok bisa secepat itu perubahannya?
"Eh iya... Foto-foto", akhirnya saya tersadar setelah nge-blank. Saya berlari saut tripod di restoran, langsung eksekusi. Frame-frame utama, yang butuh perlakuan khusus, saya dahulukan. Disusul kemudian medium shoot, hingga paling belakang detail shoot. Semua dilakukan cepat nan trengginas. Udah seperti kelinci, mencolot sana-sini.
Fotografi sejatinya sama dengan melukis. Tapi kita ngelukis pakai cahaya. Bagaimana kerja cahaya selalu membuat saya terpesona. Bagaimana warna yang menyemburat keluar di jam-jam tertentu, itu juga yang hingga saat ini masih terus saya perdalam. Wah SERU pokoknya! Pembahasan yang takkan pernah habis diulik.
Tak sampai satu jam saya selesai. Dapat juga apa yang saya mau berbulan-bulan belakangan ini. Usaha, semua cerita di dalamnya, terbayar lunas sepadan dengan momentum kurang dari 60 menit.
Selanjutnya? Yo santai 'nu... Duduk rileks, ngelanjutin nyeruput kopi, nikmati udara bersih, hangatnya mentari pagi, sekaligus dengan pemandangan yang menawan.