Matahari di ubun-ubun kepala, waktu itu. Aduhai teriknya menyengat. Masih juga ditambah macet total. Masa iya lebih cepet orang jalan kaki ketimbang naik motor? Lebar jalan yang gak seberapa dijejali sebegitu banyaknya kendaraan, cocok lah sudah. Bikin tanduk di kepala keluar saja.
Kami ke sana bukan tanpa tujuan. Ingin coba sensasi makan yogurt di Frozen Yogi. Rating-nya tinggi. Nyaris angka 5. Sepertinya enak dan dicoba.
Namun sesampainya di sana, saya kaget bukan kepalang. "Serius itu tempatnya?", gumam saya. Dari luar terlihat kecil. Tidak sebesar bayangan saya. Seperti menempati sepetak ruko mungil.
But THANKS GOD! Masuk ke dalam, AC-nya kenceng. Adem. Terus juga ruangannya bersih dan wangi. Kapasitasnya kecil. Sekitar 15-an orang. Itu sudah maksimal. Bahkan ada yang rela berdiri. Enggak kebagian tempat duduk.
Self Service
Tidak seperti tempat makan atau cafe pada umumnya. Belum juga kita duduk, langsung ditanya waitress, "Sudah tau caranya, Kak?".
"Sudah Mbok, tadi liat di Youtube," jawab saya polos dan singkat, "Tapi gapapa ding, tolong praktek-in lagi deh Mbok caranya, biar lebih jelas, hehehe".
Penggunaan kata "mbok" di Bali, bisa diartikan sebagai kakak perempuan. Tapi maknanya berubah 180 derajat kalau di Jawa, yang berarti wanita tua.
Yogurt-nya diletakkan pada mesin khusus. Ada beberapa rasa seperti, plain, coconut, vanilla, blueberry, chocolate dan lain sebagainya.
Karena takut mesin yogurt-nya rusak dipegang saya, biar Mbak nya yang mengambilkan. Pakai aba-aba "stop" kalau saya rasa sudah cukup. Pilihan saya kali itu jatuh pada plain yogurt campur vanilla. Nah sekarang geser ke bagian topping.