Belakangan saya lagi semangat main ke air terjun. Sudah terlalu banyak yang membahas pantai. Apalagi pantai di Bali Selatan. Bejibun. Kelewat mainstream.
Artikel sebelumnya saya pergi ke Air Terjun NungNung. Nah ... Sekarang saya ingin mengajak teman-teman ke Air Terjun Tibumana. Belum pernah ke sana kan? Yang udah pernah harap ngacung.
Pemandangan menarik lainnya adalah deretan rumah-rumah penduduk dan segala aktivitas warganya. Ada yang berangkat ke sawah jalan kaki bersepatu boot karet, ada yang sepeda onthel-an membawa dua karung besar rerumputan untuk hewan ternak dan lain sebagainya.Â
Di sana lingkungannya masih alami. Berulang kali juga saya menjumpai warga yang mandi, mencuci pakaian, membersihkan peralatan masak di aliran air depan rumah.
"Thank yooouuuuuu," kata Made Hartawan sambil menelungkupkan kedua tangan di dada ketika dua turis bule keluar area wisata Tibumana. Mereka hendak melanjutkan perjalanan.
Made Hartawan menuturkan bahwa air terjun Tibumana mulai ramai sejak 1.5 tahun terakhir. Dominan turis Eropa yang datang. Sementara turis domestik berasal dari berbagai kota besar di Jawa seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lain sebagainya.
"Di sini batas waktunya sampai pk 17.00 Wita. Tapi kalau ada rombongan ya saya tungguin sampai selesai. Paling akhir pk 18.00 Wita," ucap pria yang saat itu mengenakan pakaian adat Bali.