Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

NungNung oh NungNung, Karena Bali Bukan Hanya Ada Pantai

1 Juni 2017   13:25 Diperbarui: 5 Juni 2017   12:25 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Periiiii ... Tolongin Sayaaaa! Di sini tenaga saya udah habis total / dap

Sebentar, sebentar, NungNung itu bukan nama wanita ya, tapi salah satu destinasi wisata Bali berupa air terjun. Buat kamu yang berjiwa petualang dan sering main ke Bali, udah pernah ke sini belom?

Air terjun NungNung terletak di desa Pelaga, Kecamatan Petang. Dari wisata kera Sangeh masih teruuuus naik ke utara. Saya berangkat dari daerah Sanur naik motor. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Kecepatan santai manja. Paling kencang 60kpj.

Perjalanan Santai Manja, Gak Sampai 60kpj / dap
Perjalanan Santai Manja, Gak Sampai 60kpj / dap
Salah Satu Areal Persawahan yang Siap Panen / dap
Salah Satu Areal Persawahan yang Siap Panen / dap
Antara desa Sangeh dan Petang, perjalanan kian menyenangkan. Kita akan merasa begitu dekat dengan alam. Saya banyak melihat areal persawahan yang kebetulan saat itu sedang dipanen, kanan-kiri membentang pepohonan hijau rindang, pohon-pohon kelapa di pinggir jalan, serta kontur jalan beraspal yang mulus dan berkelok.

Selfie dulu kitaaaaaaa / dap
Selfie dulu kitaaaaaaa / dap
Berulang kali saya berhenti sejenak untuk ambil foto. Udaranya sejuk dan segar seperti di Bedugul. Itu lah mengapa estimasi waktu jadi molor tak terbatas. Pokoknya enjoy your trip sepuasnya deh. Hehehe.

Jalan-Jalan Sendiri. Biasanya Ditemenin / dap
Jalan-Jalan Sendiri. Biasanya Ditemenin / dap
Saya lihat indikator bensin motor tinggal setengah. Kebetulan ada SPBU yang cukup besar di kanan jalan. Mampir lah saya, nge-full bensin. Sekedar jaga-jaga aja.

“Oh NungNung-nya udah lewat, Mas! Gak jauh sih, cuma 10 menit'an aja. Nanti ada jalan ke kiri, masuk situ dah,” ujar staff SPBU itu.

Papan Penunjuk Arah ke Air Terjun NungNung / dap
Papan Penunjuk Arah ke Air Terjun NungNung / dap
Mendengar hal itu, kaget lah saya. Mana papan petunjuknya? Perasaan tadi sepanjang jalan enggak ada. Tapi setelah saya cross check lagi, ternyata memang ada. Hanya saja kondisinya kurang eye catching dan kurang menarik.

Satu Kalimat Tiga Orang

Karcis Masuk ke Air Terjun NungNung / dap
Karcis Masuk ke Air Terjun NungNung / dap
“Ten thousand rupiah,” kata bapak penjaga pintu loket kepada saya sembari menyodorkan selembar tiket masuk. Bentuk tiketnya resmi. Dikeluarkan pemerintah daerah.

“Lho kok datang sendiri, Mas?” ucap Bapak itu berbasa-basi lagi setelah saya serahkan selembar uang Rp 10 ribu kepadanya.

Biar suasana hati saya tidak galau, pertanyaan itu saya alihkan ke hal lain. Air terjun NungNung buka tiap hari. Mulai dari pagi hingga pk 17.00 Wita. Bapak itu saban harinya bertugas di pos tiket. Sorenya pulang ke rumah yang juga berfungsi sebagai warung. Bisa jadi yang membuka warung di dekat parkiran motor itu adalah istrinya. Jualan kopi, teh, bakso dan aneka camilan. Tak jauh dari deretan warung, di sana juga ada toilet.

Motor diperbolehkan turun ke bawah. Dekat akses masuk air terjun. Sedangkan mereka yang membawa mobil, parkir di atas. Lahan parkirannya cukup luas. Bus besar juga muat.

Gapura Masuk Air Terjun NungNung / dap
Gapura Masuk Air Terjun NungNung / dap
Gerbang jalan masuk bentuknya seperti gapura. Tadinya saya pikir tempat itu buat sembahyang. Ternyata di belakangnya ada anak tangga turun ke bawah. Sarananya sudah oke. Lantainya berupa batu datar. Permukaannya kasar. Batu sikat, kalau orang bilang. Kemudian dilengkapi juga pipa besi. Penahan pipanya kokoh. Jadi aman buat pegangan tangan saat menuruni anak tangga.

Etape pertama medannya masih enteng. Saya sempat berhenti sebentar di sana. Mainan HP dulu sebelum signal hilang. Selagi asik cek IG dan Facebook, ada seorang penduduk melintas. Saya sapa. Wanita paruh baya itu pun melontarkan satu kalimat yang bikin makjleb hati, “Datang sendirian, Mas?”. Dan saya hanya membalas singkat “Iya Bu,” diiringi wajah senyum-senyum kikuk.

Ibu itu adalah orang kedua yang menanyakan saya datang sendiri / dap
Ibu itu adalah orang kedua yang menanyakan saya datang sendiri / dap
Puas main HP, saya lanjutkan menyusuri turunan anak tangga. Beberapa kali saya jumpai turis asing. Semua bawa pasangan atau teman. Masih muda-muda. Saya lontarkan wajah semanis mungkin dan menyapa mereka. Tapi dibalas datar. Hmmm ... aneh. Biasanya turis bule seneng lho disapa. Saya tau kenapa mereka begitu! Tapi saya ceritakan nanti.

Suasana setelah menuruni anak tangga
Suasana setelah menuruni anak tangga
Etape kedua, anak tangga kian menurun. Ada dua spot istirahat. Bentuknya gazebo kayu. Suasana di sana hening. Tenang. Sebelah kanan pepohonan rindang tinggi. Kirinya dinding tebing sesekali tanah lembab.

Tempat Beristirahat Berupa Gazebo yang Disediakan di Dua Titik / dap
Tempat Beristirahat Berupa Gazebo yang Disediakan di Dua Titik / dap
GOD Help Me! / dap
GOD Help Me! / dap
Di sini, dengkul saya mulai gemetaran menuruni rangkaian anak tangga itu.

Turunan Anak Tangga
Turunan Anak Tangga
Etape ketiga bukan main terjalnya. Mendelik saya ngeliat jalurnya. Curam. Entah sudut kemiringannya berapa. Yang pasti, saya gak berani turun kalau tidak pegangan pipa. Biar aman dan tidak tergelincir. Nah di sana lah saya menjumpai satu orang penduduk lagi. Bapak-bapak sedikit muda. Sekitar 40an tahun berkaus biru. Pertanyaannya gokil banget, “Datang sendiri Mas?”.

Ampuuuuun Kakaaaaaak! / dap
Ampuuuuun Kakaaaaaak! / dap
Dalam hati saya berteriak, “Emang kenapa sih kalau datang sendiri? Tiga orang kalimatnya sama. Dateng sendiri bawa sial atau gimana neeeeehhh?”

Lebih lanjut, bapak itu terlihat sedikit ngos-ngosan. Dia bilang total anak tangga dari atas sampai bawah ada sekitar 700 – 750 anak tangga. Buat kamu yang doyan tracking, mungkin jumlah segitu gak ada apa-apanya. Tapi lihat dulu sudut kemiringannya. Sadis abiiiiiiiiisssssss! Apalagi yang curam itu. Turun aja udah megap-megap, ini gimana naiknya ya? Kamu yang jarang olahraga, apalagi gak pernah, MODHYAAAARRR! (agak lebay dikit). Memikirkan prosesi naik ke atas itu, tiba-tiba feeling saya gak enak.

Lupa Waktu

Tiga Cewek Abegeh Bule Sedang Bercengkrama Sembari Ambil Foto-Foto / dap
Tiga Cewek Abegeh Bule Sedang Bercengkrama Sembari Ambil Foto-Foto / dap
Menjelang tiba di tujuan akhir, pemandangannya makin kece. Jalannya mulai datar. Berhawa dingin dan sejuk. Lantunan suara air terjun yang konstan menjadi irama syahdu di kedua telinga.

Air Terjun dengan Debit yang Sedikit / dap
Air Terjun dengan Debit yang Sedikit / dap
Mangap-Mangap Takjub Liatin Air Terjun 'Kecil' Seperti pada Foto Atas / dap
Mangap-Mangap Takjub Liatin Air Terjun 'Kecil' Seperti pada Foto Atas / dap
Sebentar Lagi Sampai Kitaaaaa! / dap
Sebentar Lagi Sampai Kitaaaaa! / dap
Di sebelah kiri, saya melihat adanya air terjun dengan debit air kecil. Tadinya saya pikir itu lah air terjun NungNung. Tapi begitu saya agak kesanaan lagi, turun sedikit, di balik tebing itu tampak lah air terjun dengan kucuran air yang luar biasa banyaknya.

Tempatnya cakep. Asli cakep banget. Sisi kiri dialiri arus sungai yang cukup deras, sisi kanan ada tempat terbuka untuk berdiri santai sambil menikmati pemandangan. Sebelahnya lagi dibatasi dinding bebatuan alam yang ukurannya besar-besar. Warnanya hitam cokelat tua. Tampak mengkilat karena terpapar debur air yang terbang terbawa angin.

Rangkaian Anak Tangga Terakhir. Kita Sudah Sampai Sobh! / dap
Rangkaian Anak Tangga Terakhir. Kita Sudah Sampai Sobh! / dap
Mau ngelakuin aktivitas apa di sini? Ke samping air terjunnya? Bisa. Ada jembatan rakit bambu sebagai akses di sana. Mau berenang? Boleh. Bebas aja. Asal tahan sama dinginnya air yang menusuk tulang itu. Tapi emang seger juga sih.

Ketika saya datang, di sana lagi ada sesi photo prewedding. Orang bule yang nikah. Melihat moment foto-foto mereka dari kejauhan, saya jadi berkomentar di dalam hati.

Sampai Kitaaaaaaaaa! Itu Air Terjun NungNung-nya / dap
Sampai Kitaaaaaaaaa! Itu Air Terjun NungNung-nya / dap
Ternyata di balik sebuah foto pernikahan, tersimpan banyak cerita dan perjuangan. Pakai baju nikah yang jelas kurang nyaman dipakai ke sini, berbecek-becek ria, naik turun tangga, napas nyaris putus dan lain sebagainya. Hihihi.

Lepas Kaos

Saya tak melakukan apa-apa di sana. Terlalu lama diam malah. Cuma terbengong-bengong kosong. Saya terpukau dengan keindahannya. Rasanya tak ingin pulang.

Di sana masih asri. Benar-benar natural. 90% alam, 10% sentuhan tangan. Itu pun dibangun untuk mempermudah akses kita.

Iker San Martin Mengambil Foto Air Terjun NungNung / dap
Iker San Martin Mengambil Foto Air Terjun NungNung / dap
Saya melihat seorang pria bule tengah ambil foto. Lepas kaos. Hanya koloran saja. Kaosnya dipakai menutupi kamera DSLR-nya. Tak lama setelahnya, saya juga ikut-ikutan buka baju. Menyiapkan tripod dan ikut membungkus body camera saya dengan kaos. Di sana deburan air banyak beterbangan terbawa angin. Sudah barang tentu butir-butiran air itu nempel di body camera. Kondisi ekstrim macam itu jelas tidak baik buat alat-alat elektronik.

Pria bule itu bernama Iker San Martin. Dari Spanyol. Tubuhnya sedikit kekar, tegap berisi, brewokan tipis dan ramah. Wajahnya ganteng (meski saya bilang begitu, tapi perlu digaris bawahi saya normal. Gak MaHo ya).

Ambil Foto dengan Kamera 'Disarungin' Kayak Gini, Jadi Keinget Kamera Lawas / dap
Ambil Foto dengan Kamera 'Disarungin' Kayak Gini, Jadi Keinget Kamera Lawas / dap
Saya akui orang Spanyol itu, entah cowok maupun cewek, pasti cakep-cakep. Iker San Martin seorang filmaker dan photographer. Kami sempat ngobrol sebentar. Bertukar nomor telepon. Tak lama setelahnya, dia kemudian menitipkan tasnya kepada saya dan pergi berenang, sementara saya asik berkutat dengan segala pengaturan kamera.

Camera DSLR Saya Tutupi Kaos Biar Enggak Kena Deburan Air Terjun / dap
Camera DSLR Saya Tutupi Kaos Biar Enggak Kena Deburan Air Terjun / dap
Puas ambil foto-foto, kamera saya amankan ke dalam tas. Iker San Martin sudah balik duluan. Entah habis ini dia berpetualang ke mana lagi. Saya memilih diam di sana lebih lama. Terbengong lagi. Menikmati hawa sejuk dan dingin yang mendekap tubuh. Seriusan saya malas pulang. Terakhir saya merasakan hal seperti ini 'tuh sewaktu main ke Air Terjun Kanto Lampo (belum pernah ke sana? Coba baca-baca artikelnya deh, seru!). Nyaman banget buat stay di sana lama-lama.

Ampun Kakaaaaak!

Tiba lah saatnya saya balik kanan lantas pulang. Dalam hati saya berpamitan. Semoga bisa ke sana lain waktu.

Napas Rasanya Mau Putus! / dap
Napas Rasanya Mau Putus! / dap
Perjalanan berat dan menantang sudah di depan mata. Belum juga sampai di rangkaian anak tangga curam itu, napas saya tersengal-sengal. Istirahat bentar di gazebo. Jalan dikit, istirahat lagi. Jalannya udah enggak bener. Pegangan pipa.

Ada Satu Pohon Ambruk di Sana / dap
Ada Satu Pohon Ambruk di Sana / dap
“Ampuuuuuunnn dijeeeeeeeee,” teriak saya dalam batin. Ini kalau ke sini ditemenin Kakak Kevin (admin Kompasiana) sama Bang Radja, pengen tau saya ekspresinya. Pasti lebih seru lagi. Saya sudah mandi keringat. Napas Senin – Kamis. Dengkul mati rasa. Kepala nyut-nyutan. Konsentrasi mikir pun susah. Ini tadi di desa apa ya? Lupa mendadak.

Ibu Periiiii ... Tolongin Sayaaaa! Di sini tenaga saya udah habis total / dap
Ibu Periiiii ... Tolongin Sayaaaa! Di sini tenaga saya udah habis total / dap
Ini lah sebabnya bule-bule yang saya sapa waktu turun tadi ekspresi jawabnya pada datar semua. Mereka pun megap-megap kelelahan. (Baca juga: 'Air Terjun Tegenungan, Serunya Kurang dari Dua Jam')

Sedikit tips dari saya ketika berkunjung ke Air Terjun NungNung:

  • Pakai kaos dan celana pendek.
  • Bawa air minum. Tapi jangan minum terlalu banyak. Susah nanti kalau kebelet. Kalau cowok sih masih gampang, tapi cewek?
  • Jangan buang sampah sembarangan. Please jangan. Kebersihannya amat terjaga di kawasan ini. Kalau kamu merokok, bawa botol kosong diisi air sedikit, trus buang puntungnya di botol itu.
  • Persiapkan tenaga lahir dan batin
  • Pakai sepatu boleh. Kalau ingin basah-basahan lebih enak pakai sepatu sandal gunung.
  • Bawa kaos sama celana dalam ganti kalau perlu
  • Amat disarankan kamera DSLR pakai casing anti air. Kalau tidak punya ya terpaksa dibungkus kaos saja. Tapi tetap tidak dianjurkan.
  • Tips terakhir, Have Fun!

Dalam perjalanan pulang itu, saya melihat papan penunjuk arah ke Denpasar dan Bedugul. Hmmm ... Lanjut Bedugul kita? Yeah, why not! Berangkaaaaat!

Kamu petualang pemula? Kalau iya kamu pasti suka main ke Air Terjun Tibumana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun