Nyaris tak ada mobil pribadi di Nusa Lembongan. Yang ramai adalah motor sewaan yang ditunggangi bule-bule dan mobil pengangkut penumpang. Motornya jangan dikira keluaran terbaru atau kinyis-kinyis. Paling tidak bisa jalan dan ngerem. Ngerem nya pun agak 'ngotot' dikit. Mungkin karena di sana juga tidak ada bengkel resmi, jadi sulit untuk perawatan. SPBU pun tak ada. Yang ada 'Pertamini' punya.
Selain mobil carry, ada pula mobil buggy yang biasa dipakai di lapangan golf. Mobil ini memiliki kapasitas penumpang jauh lebih sedikit ketimbang mobil carry. Sumber tenaga penggeraknya berasal dari baterai. Jadi biayanya lebih mahal.
Payung Warna-warni dan Pesona Jungut Beach
Ada waktu sedikit buat 'kabur' dari tugas liputan. Saya memutuskan pergi ke pantai Jungut Batu yang berfungsi juga sebagai pelabuhan. Jarak antara Mushroom Beach ke Jungut Batu Beach tidak begitu jauh. Sekitar 15 menit ditempuh dengan motor.
Dalam perjalanan menuju Jungut Batu itu saya menemukan suatu lahan yang difungsikan sebagai makam penduduk setempat. Jumlah makamnya mencapai belasan hingga puluhan. Yang membuat saya tertarik adalah, tepat di atas batu nisan tersebut ditancapkan payung. Satu makam, satu payung. Satu payung dengan yang lain warnanya berbeda-beda. Berdasarkan informasi yang saya peroleh, peletakan payung-payung itu diyakini masyarakat agar kepala almarhum tidak kepanasan maupun kehujanan. Tadinya saya sempat berhenti untuk mengambil gambar. Tapi akhirnya saya hapus karena beberapa alasan.
Banyak turis asing yang berhenti sejenak untuk mengambil foto di spot ini. Namun perlu waspada. Di titik itu kontur jalannya curam patah. Jadi jangan taruh kendaraan sembarangan karena akan menghalangi lalu-lalang mobil maupun motor. Seorang turis Asia sempat diteriaki bule naik mobil gegara nyebrang kelewat santai. “Oh My GOD!” hardiknya kencang.
Memasuki kawasan ini pun tidak dikenakan biaya parkir atau tiket masuk. Gratis, tis, tis. Mantep toh? Butiran pasirnya berwarna putih bersih. Nyaris tak ada sampah. Kalau toh pun ada, paling juga rerumputan yang terbawa arus ombak.
Karena masih ada tugas yang harus dikerjakan (liputan), saya memutuskan untuk balik kanan. Esoknya saya jalan-jalan seharian penuh. Mulai dari pagi sampai sore sih, lebih tepatnya. Seperti apa cerita perjalanan saya? To be continued yaaaaak ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H