Bosan liburan ke Bali, udah pernah ke Nusa Lembongan belum? Tiga kata yang bisa saya ucapkan selama berada di sana dua hari satu malam, “Indah, indah dan indah”.
Tapi sebelum ke sana, kita harus menyebrang terlebih dahulu menggunakan kapal (boat) di pelabuhan Sanur jalan Hangtuah. Buat yang enggak tau di mana jalan HangTuah, patokannya bisa memakai Warung MakBeng yang terkenal itu. Pasti tau dong. Dari warung MakBeng, jalan dikit menuju ke arah pantai.
Tidak perlu pusing soal penyewaan motor maupun penginapan. Sewaktu membayar biaya penyebrangan, banyak orang yang menawari kita. Mau akomodasi murah meriah macam kost, menengah sampai private nan elit pun ada. Biaya sewa motor perhari sekitar Rp 75 ribuan (motor vario).
Karena tidak ada dermaga khusus untuk bersandarnya kapal, maka mau tidak mau kita harus berbasah-basahan dengan air laut. Ada tiga tips dari saya soal penyebrangan ini,
- Pertama: LUPAKAN sepatu! Kita lagi mau liburan ala anak pantai ini, bukan mau pergi ke mall atau kondangan. Paling bagus pakai sepatu sandal ala gunung. Sandal japit sih boleh aja, tapi menurut saya kurang oke. Takut pengait depannya putus atau lepas.
- Kedua: LUPAKAN celana panjang. Jangankan celana panjang, celana pendek aja masih kena air laut kok. Gak lucu kan celana basah-basah tetap dipakai? Bisa masuk angin atau paling parahnya bisa jamuran selangkangan kita nanti.
- Ketiga: MINUM OBAT anti mabok laut. Hal ini berlaku buat kamu yang gak kuat perjalanan laut. Ini serius. Muntah di dalam kapal, selain bikin malu, juga bisa ngaruh ke penumpang lain. Ada yang jijik, ada juga yang jadi ikut-ikutan mual.
- Keempat (opsional / tambahan): Bila memungkinkan atau diperbolehkan, pilih duduk di atap kapal. Hal ini berlaku buat perjalanan pagi dan sore hari. Jangan pas siang tengah bolong, panasnya terik banget. Bisa seperti ikan asin kita. Selain itu kalau hujan juga basah kuyup kita. Kenapa saya sarankan duduk di atap?
- Duduk di atas lebih seru. Kita bisa melihat bebas pemandangan sekeliling kita. Wajah dan rambut terkena tiupan angin, bisa motret-motret dan lain sebagainya. Sedangkan duduk di tempat yang sudah disediakan ruang geraknya amat terbatas. Terombang-ambing di ruang tertutup bagi sebagian orang itu horor banget. Efeknya ya mual dan pusing. Hal selanjutnya bisa ditebak, apa yang bakal terjadi.
“Diem 'na 'e, Mas! Goyang ini kapalnya!,” seru salah seorang awak kapal bernada agak senewen dengan logat khas Bali-nya.
Sekitar 20 menit perjalanan di atas laut itu, saya mulai bisa melihat kontur gugusan pulau Nusa Lembongan. Berwarna hijau kebiru-biruan. Terlihat asri dengan dikelilingi awan tebal yang membumbung tinggi seperti yang terlihat pada foto cover paling atas.
Melihat tujuan sudah dekat, makin bernafsu lah saya. Bawaannya pengen lompat-lompat. Tak sabar ingin segera menjejakkan kaki di pelabuhan Nusa Lembongan.
Seperti apa kelanjutan ceritanya? Nanti akan saya tulis lagi. Pantengin terus ya Kakaaaaak ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H