Hula's Cafe menawarkan berbagai macam hidangan Indonesia. Salah satu yang paling populer, Sop Buntut. Menu yang termasuk dalam chef signature ini dimasak dengan teknik khusus serta penuh perhitungan. Menjadikan cita rasanya kian istimewa.
Aroma harum rempah-rempah tercium tatkala hidangan ini tersaji di atas meja, beberapa minggu lalu. Penampilannya cantik, terdiri dari berbagai warna yang menggugah selera. Warna hijau dari irisan daun bawang dan seledri, kuning dari potongan jeruk nipis dan kentang, serta merah dari potongan wortel dan tomat.
Selain itu, disertakan pula nasi yang dicetak. Porsinya tidak terlalu banyak. Sebagai pendamping diberi kerupuk. Tak ketinggalan sambal bajak dan kecap manis untuk memperkaya rasa. Ketika hidung saya dekatkan ke mangkuknya, tak tercium sama sekali bau prengus sapi. Menandakan hidangan ini diolah secara baik dan benar.
Tak berselang lama, seorang pria berseragam chef warna hitam datang menghampiri. Pemuda bertubuh agak tambun itu bernama Chef Ketut Agus Kurniawan. Pada kesempatan itu, kami ngobrol panjang lebar mengenai hidangan yang disajikan.
Kentang yang dipakai pada Sop Buntut ini adalah jenis baby potato. Kelebihan daripada baby potato ini adalah memiliki tekstur yang lembut, dan menambah cita rasa sop agar gurih. Kandungan karbohidrat-nya pun tak setinggi kentang berusia sedang atau tua.
Ada dua alasan mengapa cetakan nasi diberi porsi kecil:
* Pertama, bila dipadankan dengan baby potato, maka kandungan karbohidrat di dalam tubuh orang dewasa akan seimbang.
* Kedua, atas dasar estetika. Porsi nasi yang melimpah akan merusak 'keindahan' hidangan ini. Terlebih turis asing, bisa terkaget-kaget mereka begitu melihat nasi porsi jumbo.
Sebelum dimasak, daging di blunch. Disiram air panas sekitar 5 menit. Proses ini bertujuan untuk mengurangi darah maupun lemak yang menempel pada daging. Setelah itu baru direbus menggunakan api kecil selama kurang lebih 4 jam dan dimasukkan rempah-rempah seperti kembang lawang (star anise, bahasa Internasionalnya), cengkeh, lengkuas, jahe, kayu manis, kapulaga dan lain sebagainya. Pemberian rempah-rempah ini untuk menghilangkan bau prengus sapi.
"Sewaktu merebus, daging tidak boleh sering diaduk. Hanya sesekali saja. Kalau sering diaduk, tersentuh sendok, alat memasak berbahan metal maupun bahan-bahan lain, bisa membuat dagingnya hancur," ujar Chef kelahiran KarangAsem, Bali, satu ini. Dalam memasak Sop Buntut, Chef Agus tidak menggunakan MSG.
Sebelum disajikan, daging ditimbang terlebih dahulu. Standar baku tiap porsi Sop Buntut seberat 200 gram. Ukuran segitu, buat perut saya, sudah bikin megap-megap. Kenyang puas. Seporsi Sop Buntut ini dibanderol seharga Rp 60 ribu rupiah (belum termasuk service dan tax).
Lounge Berlantai Kaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H