Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rujak Cingur Suroboyo 'Mas Gempal'

24 Juli 2016   16:28 Diperbarui: 19 Oktober 2016   15:11 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seporsi Rujak Cingur Suroboyo 'Mas Gempal', Denpasar / dap"][/caption]Sebetulnya nama warung ini hanya, "Rujak Cingur Suroboyo". Terlalu mainstream, menurut saya. Lantaran yang bikin seorang pria muda bertubuh kekar, jadilah saya beri embel-embel "Mas Gempal". Sekali-kali improvisasi gapapa dong? (hehehe)

Nama warung ini cukup populer di sekitaran kota Denpasar. Beberapa kali saya tanya teman, mereka menunjuk spot yang sama. Menyajikan santapan khas Surabaya, Jawa Timur. Rujak cingur adalah menu andalannya.

Rujak Cingur Suroboyo 'Mas Gempal' terletak di jalan Imam Bonjol, Denpasar. Buka tiap hari, dari pk 09.00 - 18.00 Wita. Posisinya berdekatan dengan kompleks makam Siti Khotijah daerah Pemecutan, Monang-Maning (sisi timur makam, kalau tak salah). Maka tak heran bila sering menjumpai banyak peziarah yang datang dari luar kota.

Sang pemain utama, selain si cingur (hidung sapi), sudah barang tentu saus petisnya. 'Mas Gempal' mengatakan bahwa dirinya mengkombinasikan dua jenis petis bersamaan. Kualitas satu dan dua.

Pria asal Wonokromo, Surabaya, ini menjelaskan bahwa petis kualitas satu, menang di rasa tapi warnanya kurang pekat. Begitu pula sebaliknya. Petis kualitas dua, menang di warna tapi kurang nendang rasanya. Bila digabungkan, baru lah seimbang. Menghasilkan bumbu petis yang mantap surantap! Tentu ada takaran khusus antara keduanya. Tidak asal dicampur begitu saja. Sementara petisnya dipasok dari kota Sidoarjo, Jawa Timur.

[caption caption="Ruang Makan / dap"]

[/caption]Ketika memesan, kita akan ditanya tingkat kepedasannya. Mau level sedang atau pedas. Tidak ada patokan khusus soal jumlah cabai rawitnya. "Ya kan namanya cabe enggak semua pedas, Mas. Kadang ada yang enggak berasa (pedasnya)," katanya sambil mengulek bumbu.

Sekitar 10 menit kemudian, pesanan pun terhidang di meja. Bagi anda yang bukan berasal dari Jawa Timur, pasti melihat tampilannya kurang menarik. Didominasi warna hitam legam. Tapi jangan terkecoh, di balik warna kelamnya, tersimpan cita rasa yang unik sekaligus ngangenin.

"Berasa balik lagi ke Surabaya," ujar partner seperjalanan saya singkat sewaktu mencicipinya. Saya pun sepakat dengan penilaian dia. Hidangan satu ini bisa menjadi pengobat mujarab rasa rindu akan kampung halaman.


Di dalam seporsi rujak cingur khas Suroboyo, terdapat potongan tahu, tempe, lontong, cingur sapi, sayuran bayam, kecambah dan mentimun. Tekstur cingurnya terasa kenyal. Tak ubahnya dengan kikil sapi. Tapi lebih lembut.

Seporsi rujak cingur dibanderol seharga Rp 15 ribu. Sementara teh hangat Rp 4 ribu. Cukup terjangkau mengingat bagian sapi ini terbilang sulit didapat dan terbatas.

Pindah Lokasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun