Adapun lauk tersedia, tempe & tahu goreng, tempe bacem, ceplok telur mata sapi (matang dan setengah matang), telur asin serta dadar jagung.
Khusus lauk ayam, dimasak berbeda tiap harinya. Sebelumnya saya membeli ayam bumbu kuning. Esok malamnya, dibikin ayam bakar kecap. Ada juga ayam bumbu merah atau hanya sekedar digoreng biasa.
Yang membedakan Warung Jeje dengan penjual pecel lainnya adalah, soal kebersihan dalam penyajian. Mereka memakai capit khusus untuk mengambil makanan. Ada capit sayuran, ada pula capit lauk. Keduanya dipisah. Jadi tidak asal comot tangan begitu saja.
Sang 'pemain utama' dalam hidangan satu ini, sudah barang tentu bumbu pecelnya. Sewaktu memesan, nanti kita ditanya, “mau pedas atau sedang?”. Silahkan pilih sesuai selera.
Tiap kali ke sini, lauk yang tak pernah saya lewatkan adalah tempe bacem. Saya dari kecil memang doyan makan tempe berwarna gelap itu. Kalau digoreng biasa, kurang begitu suka.
Rasa bumbu pada tiap lauk, menurut penilaian saya, tergolong pas. Seimbang antara manis, asin dan gurih. Tingkat kematangannya pun tepat.
Nah ... bagaimana soal harga? Kali itu saya makan dengan lauk tempe bacem dan ayam bakar kecap. Dibanderol Rp 16 ribu rupiah. Cukup terjangkau bukan?
Jeje Pecel
Jalan Tukad Pakerisan, Panjer, Denpasar.
Buka Senin – Jumat
Pk. 18.00 Wita - habis