Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bhineka Djaja, Kedai Kopi Legendaris Denpasar

18 Maret 2016   22:52 Diperbarui: 19 Oktober 2016   15:15 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kedai Kopi Bhineka Djaja Denpasar / dap"][/caption]Semua gara-gara Kang Pepih Nugraha. Beberapa hari lalu, Presiden Kompasiana itu mengunggah sebuah foto di Facebook yang menampilkan empat jenis kopi termasyur Indonesia. Saya yang dasarnya penggila kopi dibuat 'gerah' jadinya. Apalagi kalimat yang Kang Pepih tulis cukup provokatif, menurut saya.

[caption caption="Postingan Kang Pepih Nugraha beberapa waktu lalu / dap"]

[/caption]

"Kang ... Kita berantem yuuukkk. Pagi-pagi udah bikin iri aja #bikinsensi #eaaa" kata saya lewat kolom komentar. Untung komentar saya dibalas candaan. Andai sebaliknya, bisa panjang urusan. Jangan sampai akun saya di-banned. Hihihi. Namun, sejak peristiwa itu, saya jadi ngidam nyeruput secangkir kopi premium Indonesia.

Di Denpasar, ada sebuah kedai kopi legendaris. Bhineka Djaja, namanya. Pembelinya tidak hanya dari masyarakat sekitar maupun turis domestik saja, melainkan juga turis mancanegara. Maka dari itu, tak heran bila kedai kopi ini kerap jadi bahan perbincangan banyak orang.

Bhineka Djaja terletak di jalan Gajah Mada, nomor 80, Denpasar. Tak jauh dari Pasar Badung, sebelah kanan jalan. Lokasinya masuk dalam kawasan wisata heritage atau biasa disebut kota tua-nya Denpasar. Hal itu bisa dilihat dari bentuk arsitektur bangunan yang seluruhnya serba vintage.

[caption caption="Orang orang pelanggan tengah asik berbincang sembari ngopi santai / dap"]

[/caption]

Luas ruangannya sendiri tidak begitu lega. Hanya bisa menampung segelintir orang. Total ada empat meja yang disediakan. Dua di dalam dan dua di bagian luar. Meski demikian, ada perasaan bangga bisa ngopi di sini. Mengingat sang pemilik telah merintis usaha kedai kopinya sejak tahun 1935 hingga sekarang. Luar biasa, bukan?

[caption caption="Ada grinder lawas, bingkai foto dan sejumlah sampel biji kopi arabica dan robusta / dap"]

[/caption]

Interior ruang ditata secara apik dan klasik. Terdapat beberapa lemari display dan sejumlah foto bingkai. Ada pula aneka jenis alat meracik kopi jaman lawas. Cukup menarik untuk diamati secara detail.

[caption caption="Deretan kopi yang ditawarkan beserta lemari display pernak-pernik alat meracik kopi yang di jual / dap"]

[/caption]

Ada banyak jenis kopi premium yang ditawarkan. Mulai dari kopi Kintamani, Toraja sampai khas Sumatera (minus kopi Gayo). Ada arabika, robusta dan campuran antara keduanya. Dikemas dalam wadah ukuran 250 gram, 500 gram dan satu kilogram. Cocok di beli sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara, kerabat maupun rekan kerja.

[caption caption="Tempat kopi bubuk kiloan disimpan / dap"]

[/caption]

Selain kopi bubuk yang sudah dibungkus dan disegel rapih, ada juga kopi yang di jual kiloan. Kopinya diletakkan ke dalam kotak berbahan besi. Tiap kotak diberi keterangan. Adapun perinciannya sebagai berikut:

  • Huruf A, untuk kopi Arabika Bali, dibanderol Rp 110 ribu/Kg,
  • Huruf R, untuk kopi Robusta Bali merek Kupu Bola Dunia (Grade#1), Rp 66 ribu/Kg,
  • Huruf B, untuk kopi Robusta Bali merek Warung Pojok (Grade#2), Rp 52.800 ribu/Kg,
  • Huruf C, untuk kopi Robusta Bali merek Ikan Bola Dunia (Grade#3), dibanderol Rp 44 ribu/Kg.

Kopi bubuk kiloan tersebut nantinya bakal ditimbang menggunakan timbangan tradisional yang biasa kita jumpai di pasar-pasar.

Patut disayangkan, sewaktu saya berkunjung, Jumat (18/3) pagi, listrik dalam kondisi padam. Keinginan nyeruput kopi espresso pun kandas.

"Maaf Mas, listriknya lagi mati. Mesin (kopi) nya kalau dinyalakan, genset-nya gak kuat" jelas seorang pegawai.

Saya tunggu nyaris 30 menit, listrik belum juga menyala. Pegawai tadi akhirnya berinisiatif meracik kopi secara manual.

[caption caption="French Press / dap"]

[/caption]

Kompor gas portable dikeluarkan. Pria paruh baya itu kemudian memasak air. Selagi menunggu air mendidih, ia lantas meracik kopi dan memasukkan bubuk kopi ke dalam alat bernama french press. Setelah air mendidih, ia menuangkannya ke dalam alat tersebut. Tak sampai semenit, tuas pada bagian atasnya ia tekan perlahan penuh konsentrasi tingkat tinggi.

[caption caption="Seorang pegawai tengah nge-press kopi dengan konsentrasi tingkat tinggi sampai kedua mata tak berkedip / dap"]

[/caption]

"Nekannya perlu teknik khusus ya, Pak?" tanya saya penasaran sembari memperhatikan.

"Enggak juga sih Mas, ini kan biar ampasnya turun sampai bawah," jawabnya tanpa memalingkan pandangan.

Setelah tuas itu mentok, barulah ia menuangkan seduhkan kopi ke dalam cangkir putih. Cara menuangnya pun layaknya peracik profesional.

"Ini mas, silakan," katanya dengan ekspresi wajah sumringah.

"Kopinya pakai jenis apa nih, Pak?" tanya saya sambil mendekatkan cangkir ke indera penciuman, mencium aroma wangi yang mengepul.

"Ini pakai kopi Arabica Gold, spesial kopi di sini, Mas," katanya singkat.

Mendengar kata 'spesial kopi Arabica Gold', gembiralah hati ini.

[caption caption="Secangkir kopi Arabica Gold andalan kedai Bhineka Djaja. Yuuukk ah ... Ngopi kitaaaa Sobh! / dap"]

[/caption]

Secangkir kopi itu lantas saya bawa ke meja depan yang sebelumnya saya tempati. Saya nikmati betul aroma harumnya. Ahhh... Bikin mabuk kepayang.

Seperti biasa, saya tidak menambahkan gula ke dalam kopi. Biar tekstur rasa kopinya tidak hilang. Begitu cairan berkafein itu saya sesap sedikit, meluncur mulus di tenggorokan, huaaa... Nikmat banget! Sensasi rasanya luar biasa. Amat jelas perbedaannya dengan kopi bubuk pasaran. Badan terasa lebih bertenaga. Kedua mata langsung melek seketika.

Belakangan saya baru tau, kalau sang pemilik kedai kopi Bhineka Djaja juga mempunyai pabrik kopi di daerah Pesanggaran. PT Putra Bhineka Perkasa di jalan Pulau Moyo no 5, persisnya. Produk kopi yang dihasilkan adalah Kopi Bali merek Kupu Bola Dunia, merek Warung Pojok dan merek Ikan Bola Dunia. Pasokan kopinya berasal dari sejumlah daerah di Bali. Khusus merek Kupu Bola Dunia distribusinya sudah mencapai tingkat nasional. Bila anda menemukan kopi dengan merek tersebut di toko langganan, berarti kopi itu berasal dari perusahaan ini.

Yang pasti, selama saya habiskan waktu ngopi di sini, saya mendapatkan pengalaman yang berkesan. Tempatnya nyaman, berkarakter tempoe doloe, para pegawainya pun ramah. Mereka asik diajak ngobrol seputar kopi yang ditawarkan. Untuk mendapatkan kenikmatan secangkir kopi Arabica Gold, saya cukup merogoh kocek sebesar Rp 8 ribu.

Saya pun sependapat dengan jargon yang mereka usung, "Ingat Bali, Ingat Kopi Bali". Kalau liburan ke Pulau Dewata, kurang lengkap jika belum berkunjung ke kedai Kopi Bhineka Djaja.

[caption caption="Daftar harga. Kopi luwak masih menempati posisi termahal / dap"]

[/caption]

Bhineka Djaja
Jalan Gajah Mada no 80, Denpasar, Bali
Buka Tiap Senin - Sabtu, Pk 09.00 - 16.00 WITA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun