Gerakan yang dilakukan motor penggerak terbatas. Hanya bisa ke kanan, kiri dan atas. Sementara untuk menurunkan tangan, tinggal dijatuhkan saja.
"Cara kerjanya sederhana, semua orang bisa membuatnya," tandasnya.
Sepintas saya perhatikan alatnya, memang tidak ada yang istimewa ataupun mahal. Semua komponen-komponennya ia peroleh dari barang bekas. Kalau rusak, ia perbaiki sendiri selama ia mampu.
Jangan samakan kecanggihan alat Tawan seperti penemuan ala profesor robotik. Atau gerakan patah-patah khas robot. Bukan seperti itu cara kerjanya.
Tangan kiri Tawan lumpuh, namun masih bisa digerakkan lemah. Dari karyanya itulah tangannya dapat tenaga. Memegang atau mengangkat benda yang mungkin menurut kita bebannya tidak seberapa.
"Saya enggak mau terkenal, saya mau kerja," katanya.
Bagaimana ceritanya kalau alat bantu tersebut rusak? Tanya saya penasaran.
[caption caption="Gerakan Manual Selagi Bli Tawan Tidak Memakai Alat Bantu / dap"]
"Ya begini, Mas" ucapnya sambil memakai sarung tangan kerjanya. Sarung tangan itu diikat seutas tali seukuran tali sepatu. Ujung tali itu ia gigit. Gerakan kepalanya berfungsi untuk mengarahkan tangannya ke kanan dan ke kiri. ​​​​​​​​​​​​Prosesnya dilakukan serba manual.
Gila! Teriak batin saya. Sampai segitunya ia melawan keterbatasannya. Spontan saya bertanya, hal apa yang membuatnya tetap termotivasi pantang menyerah.
"Saya lakukan ini (semata-mata) biar bisa bertahan hidup," jawabnya sungguh-sungguh.