[caption caption="Keindahan Panorama Air Terjun Tegenungan, Rabu (9/12) / dap"][/caption]
Niat awal, ingin ambil foto seperti orang kekinian. Berpose macho persis di bawah air terjun Tegenungan. Namun apalah daya, kenyataan berkata lain. Debit airnya terlampau deras. Mendekatinya saja perlu usaha keras. Kalau toh pun berhasil, badan serta kepala saya jadi sakit semua, seperti digebukin orang banyak.
Meski begitu, keindahan panorama alam air terjun Tegenungan patut diacungi jempol. Bagi kamu yang menginginkan liburan singkat (short trip), destinasi wisata Bali satu ini bisa jadi pilihan terbaik.
Rakyat Indonesia hari ini sedang merayakan Pilkada serentak, Rabu (9/12). Kebetulan perusahaan tempat saya dan kekasih bekerja dapat jatah libur sehari.
Singkat cerita, kami kebingungan. Enaknya pergi ke mana. Masa iya sebatas bermalas-malasan di kamar? Enggak seru ah. Salah seorang teman mBolang, Noer Hayati memberi saran, bagaimana kalau ke air terjun Tegenungan? Wah ide menarik tuh! Apalagi saya dan kekasih belum pernah ke sana.
Air terjun Tegenungan berada di Desa Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali. Letaknya tak jauh dari sentra pasar seni Sukawati. Hanya terpaut sekitar 5 kilometer. Rutenya gampang dituju. Tidak njelimet dan yang terpenting, bebas macet.
Kalau datang dari arah Tohpati Denpasar, terus saja hingga menjumpai patung bayi. Dari patung keramat berukuran raksasa itu, belok ke kanan. Ikuti jalan sampai ketemu persimpangan traffic light pertama. Belok ke kanan dan sampailah kita di tempat tujuan. Kalau anda ragu, takut kesasar, bisa tanya ke penduduk sekitar. Mereka akan menunjukkan jalan dengan senang hati.
[caption caption="Loket Pembayaran / dap"]
Sesampainya di lokasi, kita diharuskan membeli tiket masuk. Adapun turis asing serta domestik dikenakan Rp 10 ribu/orang. Sementara orang lokal Rp 5 ribu. Itu sudah termasuk biaya jasa parkir kendaraan baik roda empat maupun dua. Lahan parkirnya luas, dua tingkat. Bisa menampung ratusan kendaraan sekaligus.
Tidak seperti kawasan wisata lain pada umumnya, di sini saya tidak menjumpai pedagang asongan yang kerap membuntuti para pelancong. Suasananya jauh lebih sepi ketimbang Kuta maupun Seminyak. Menurut perkiraan saya, deretan stand-stand dagangan tidak lebih dari 30 unit. Penjaga toko tidak agresif memburu pembeli. Mereka menawarkan barang dagangan dalam batas sewajarnya. Kondisi seperti itu lah yang membuat saya betah sekaligus nyaman. Saya bebas berjalan kesana-kemari. Tanpa khawatir diganggu penjaja bernada memelas campur paksaan.
[caption caption="Tawar Menawar / dap"]
Barang yang di jual di kios-kios, cenderung busana bernuansa pantai. Mulai dari kaos, celana pendek, aksesoris, topi sampai selendang. Coraknya berwarna-warni memikat hati.
Selain busana, ada juga penjual minuman dingin dan gelato. Gelato sama saja dengan es krim. Perbedaannya terletak dari cara mengolah dan komposisi bahan yang terkandung di dalamnya. Yang pasti lebih sehat dan nikmat ketimbang es krim.
Bagian tidak menyenangkannya adalah, sudah tau cuaca lagi panas-panasnya, eh si penjual dengan entengnya berujar, “Gelatooo ... Gelatooo ...” Argh! Bikin jakun saya naik-turun. Buru-buru saya mempercepat langkah kaki pergi meninggalkannya.
Jalan beberapa langkah, saya menjumpai sebuah Cafe. Terlihat sejumlah wisatawan asing sedang bersantai di dalamnya. Mereka tengah menyantap hidangan sembari menikmati keindahan alam.
[caption caption="Foto Berdua ala Kekinian / dap"]
Di sebelah Cafe, terdapat spot terbuka. Tempatnya cocok buat foto-fotoan. Atas pertimbangan keamanan dan keselamatan, oleh penduduk sekitar dipasangi pagar besi sepinggang untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sewaktu berfoto di sana, saya jadi teringat Puncak Pass, Bogor. Keindahannya nyaris mirip. Bedanya, kalau di Puncak lihat hamparan kebun teh, kalau di sini air terjun.
Tak jauh dari tempat berfoto, terdapat sebuah gazebo umum. Orang Bali menyebutnya Bale Bengong. Pengunjung diperbolehkan duduk-duduk santai menikmati semilir udara.
Baiklah, sekarang mari kita lanjutkan perjalanan menuju air terjun.
[caption caption="Tingkat Kemiringan Anak Tangga / dap"]
Saya perhatikan permukaan anak tangga kondisinya amat terawat. Diplester semen sedemikian rupa. Bentuknya memanjang. Bisa muat empat orang sekaligus. Akan tetapi, tingkat kemiringannya itu yang bikin nyali ciut. Lumayan terjal dan jauh. Jangan khawatir, semisal dengkul dirasa mulai bergoyang, disediakan batangan pipa besi sebagai pegangan tangan.
[caption caption="Papan Penunjuk Arah / dap"]
Di tengah perjalanan, kita akan berjumpa persimpangan jalan. Di sana ada papan petunjuknya. Pilih kanan untuk ke Pura atau mengambil air suci, sementara ke kiri mengarah ke air terjun.
Seumpama tak sanggup berjalan lebih jauh, napas serasa mau putus dan ingin rehat sejenak, lagi-lagi pihak pengelola bermurah hati menyediakan gazebo dipersimpangan ini.
[caption caption="Sesembahan atau warga menyebutnya "banten" / dap"]
Di beberapa sudut, saya melihat adanya tempat khusus persembahyangan untuk menaruh banten atau sesembahan. Hal tersebut dilakukan warga umat Hindu sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa-Dewi atas karunia dan rezeki yang telah mereka terima.
Setelah menuruni anak tangga, permukaan tanah kembali datar. Air terjun sudah di depan mata. Tinggal jalan sedikit lagi.
[caption caption="Jalan Setapak / dap"]
[caption caption="Papan Peringatan / dap"]
Memasuki area air terjun, pandangan saya fokus ke bawah. Memperhatikan tiap pijakan kaki. Saya melangkah tertatih-tatih diikuti kedua tangan yang mengayun bebas untuk menyeimbangkan tubuh. Permukaan tanahnya tidak rata. Dipenuhi bebatuan kali berbentuk pipih. Rata-rata ukurannya sekepalan tangan. Jangan menginjak batu berwarna hijau karena licin. Anda bisa tergelincir jika salah melangkah.
Kecantikan dan kegantengan mereka tak ubahnya seperti pemain film komedi dewasa “American Pie”. Yang cewek mengenakan bikini, yang pria memakai celana pendek. Kekasih saya yang tadinya bersanding di sisi saya tiba-tiba lenyap. Setelah saya mengedarkan pandangan ke segala arah, usut punya usut, dia sudah berdiri didekat bule-bule cowok sambil memberi signal ke saya minta di foto. Dasar wanita! Tapi cowoknya memang ganteng sih. Tak apa lah, biar dia sekali-kali senang.
Selagi dia asik bermain air, saya melakukan pengamatan. Kira-kira ada hal menarik apa yang bisa diulas.
Selain keindahan alam yang memukau, saya tidak menjumpai sampah berceceran. Kondisinya amat bersih dan terawat. Para pengunjung secara sadar dan tertib membuang bungkus kemasan ke dalam tempat yang sudah disediakan.
[caption caption="Deretan Kursi Bambu yang Disewakan / dap"]
Terpaut beberapa langkah dari air terjun, di sana ada kursi bambu yang disewakan. Jumlahnya ada empat buah. Lengkap dengan handuk bersih yang sudah dilipat rapih dan dibungkus plastik.
[caption caption="Life Guard / dap"]
Mundur beberapa langkah lagi, terdapat sebuah bangunan kecil bertuliskan life guard pada bagian atasnya. Jangan bayangkan bentuknya seperti petugas pantai yang ada pada serial televisi Baywatch. Kerangka dindingnya memakai potongan bambu yang dirangkai dan diikat sedemikian rupa. Alasnya menggunakan karpet tipis berwarna merah. Kali itu, saya lihat ‘sang petugas penyelamat’ sedang asik memperhatikan layar handphone yang sedang ia pegang. Usianya saya taksir masih remaja. Tidak lebih dari 25 tahun.
Di sana juga ada penjaja minuman dingin. Hanya dia seorang yang keberadaannya paling dekat dengan air terjun. “Cold drink, Sir ... Cold drink,” katanya diiringi senyum ketika beberapa turis asing melewatinya. Wisatawan asing itu hanya melempar senyum ramah. Menolak secara halus.
[caption caption="Bapak Penjual Minuman / dap"]
Pria paruh baya itu hanya membawa perlengkapan ala kadarnya. Ia duduk di atas kursi bambu. Berlindung di bawah payung pantai. Sebuah cooler box usang berwarna putih berada tak jauh darinya. Di sanalah ia menaruh minuman-minuman dingin yang dijualnya.
Saya juga melihat adanya spot lain yang tak kalah menariknya. Terdapat aliran air yang keluar dari dua buah pipa PVC. Tadinya saya pikir tempat itu buat mandi. Ternyata bukan. Salah seorang teman mBolang melarang saya. Itu adalah air suci yang biasa dipakai untuk persembahyangan. Kalau tidak diingatkan, kejadian selanjutnya mungkin saya diomeli penduduk sekitar. Pantas saja di sana terdapat dua buah payung Bali berwarna kuning dan sebuah wadah banten (sesembahan).
[caption caption="Air Suci yang Mengalir / dap"]
Meski demikian, areanya sungguh indah. Sayang dilewatkan begitu saja tanpa mengabadikan gambar. Kalau ingin berfoto di tempat itu, wajib berhati-hati karena permukaan bebatuan ditumbuhi lumut. Jangan sampai tergelincir.
Air terjun Tegenungan memiliki dua lokasi yang berbeda, di atas dan di bawah. Daerah bawah sudah saya jelajahi, sekarang giliran atasnya.
Saya telusuri jalan setapak menuju atas bukit. Permukaan tanahnya ada yang terawat ada pula yang belum tersentuh cor semen. Selagi dalam perjalanan, saya menjumpai sekumpulan muda-mudi kekinian bersenjatakan tongsis (tongkat narsis). Diantara mereka ada yang memasang wajah mbebek dengan tangan membentuk simbol perdamaian (peace). Saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi mereka di depan kamera.
[caption caption="Papan Himbauan / dap"]
[caption caption="Kondisi Jalan Setapak Menuju Atas / dap"]
Semakin jauh saya berjalan, kondisi jalannya kian ekstrem. Batang-batang bambu berdiameter sekitar 10 cm dipergunakan sebagai pagar pengaman. Jangan coba-coba melongok dari pagar pembatas bambu. Anda akan ngeri begitu melihat ke bawah. Sebagai peringatan di sana telah dipasang papan himbauan bertuliskan “Please dont jump...!! Danger. Only For Take a Picture”. Membaca tulisan itu, saya pun membatin. Siapa juga yang mau ambil foto bersebelahan persis dengan tebing? Melewatinya saja sudah bikin jantung deg-degan.
[caption caption="Di Puncak / dap"]
Tibalah saya diujung perjalanan. Dari atas, saya bisa melihat pemandangan secara keseluruhan. Ketinggiannya bukan main. Kerumunan orang di bawah sana terlihat kecil menyerupai semut. Pemandangannya pun tak seindah seperti di bawah, menurut saya.
Dari atas sana, saya bisa melihat teman-teman saya mulai beranjak. Waduh, saya ditinggal rupanya. Buru-buru saya meninggalkan tempat kembali ke bawah dan menyusul mereka.
Ada beberapa tips yang amat bermanfaat jika anda ingin berkunjung ke wisata air terjun Tegenungan. Beberapa diantaranya adalah:
#1. Pakailah Topi
Cuaca kali itu amat terik. Takutnya kalau tidak memakai topi, bisa-bisa anda sakit karena terpapar sinar matahari yang terik.
#2. Gunakan Sunblock
Masih berkaitan dengan poin satu. Kalau anda tidak menginginkan kulit belang (terbakar tidak merata), sebaiknya sebelum turun ke lokasi air terjun melumuri seluruh kulit dengan lotion khusus penangkal sengatan matahari.
#3. Jangan Bertelanjang Kaki
Saya harus jalan sedikit lompat-lompat karena permukaan cor semen terasa amat panas. Belum lagi bebatuan yang licin-licin. Amat disarankan memakai sepatu sandal yang biasa dipakai orang ke gunung.
#4. Bawa Kamera Kedap Air
Poin ini sifatnya optional. Bisa dibawa kalau memang punya. Kamera GoPro, misalnya. Saya lihat banyak pemuda-pemudi membekali diri dengan kamera ini. Berdiri di dekat air terjun banyak partikel air yang bertebaran. Jangan paksakan diri mengambil foto. Dikhawatirkan kamera ponsel anda rusak kemasukan air.
#5. Perbekalan Air Minum
Wajib hukumnya membekali diri dengan air minum kemasan. Terserah mau beli di mana. Terpapar sinar matahari dalam waktu lama, ditambah jauh dan beratnya medan perjalanan, sudah barang tentu membuat kerongkongan anda kering. Intinya jangan sampai terserang dehidrasi.
#6. Ambil Foto dengan Bijak
Jangan bahayakan keselamatan diri hanya untuk mengejar hasil foto yang indah. Di sana memang banyak spot bagus. Dilarang keras berdiri di dekat tebing.
Secara keseluruhan, tempat ini oke banget untuk dikunjungi. Rute perjalanan tidak njelimet dan terbebas dari macet kendaraan. Pemandangan alamnya amat indah. Kebersihannya amat terjaga. Wisatawan asing yang datang kebanyakan berusia muda, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Lumayan kan bisa sekalian cuci mata. Biar nyaman, jangan lupa membawa perbekalan (terutama air minum) yang memadai seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Akan tetapi, tempat ini tidak cocok disinggahi berlama-lama. Maksimal dua jam sudah lebih dari cukup.
Selamat berlibur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H