Setelah menyampaikan sesi pembuka, kini tiba saatnya menyaksikan pemutaran film pendek hasil karya anak bangsa.
Lampu penerangan dimatikan. Sound system jernih sekelas bioskop pun membahana ke seluruh penjuru ruangan.
Jujur, saya tidak tau teaser-teaser itu milik siapa dan dari daerah mana. Yang jelas cuplikannya amat menghibur. Terbukti, Mas Win Wan Nur yang kebetulan duduk di belakang saya saja sampai tertawa terpingkal-pingkal. Begitu pula dengan saya.
[caption caption="Cuplikan film sewaktu para waria memperkenalkan diri antara nama sesungguhnya dan samaran / dap"]
Ada adegan aparat sedang menggedor-gedor pintu di tempat lokalisasi, pengakuan nama asli waria antara siang dan malam, masyarakat yang sedang menggotong rumah -iya, rumah diangkat pakai tangan!- dan masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebut satu persatu.
Film pendek pertama yang diputar kali itu berjudul, Maryam.
 [caption caption="Film pendek berjudul Maryam hasil karya Sidi Saleh / sumber: MetroTV"]
Film berdurasi 18 menit itu menceritakan seorang pembantu rumah tangga (Meyke Verina) yang bekerja di rumah majikan beragama Katolik. Di balik galaknya majikan perempuan, saya bisa menangkap secuil humor yang cukup menggelitik. Maryam ditinggali nomor telepon tapi tidak diperbolehkan menghubungi nomor itu selain dalam keadaan genting. Kemudian Maryam yang notabene muslim malah diberi ucapan selamat natal. Asli kocak.
Setelah majikan perempuan pergi, Maryam tinggal bersama majikan lelaki yang menderita penyakit autis (Ardianto Sinaga). Di sinilah konflik terjadi.
Maryam diminta mengantarkannya ke gereja karena hari itu bertepatan dengan acara misa malam natal. Maryam terpaksa masuk ke dalam gereja menemani tuannya dengan memakai kerudung layaknya seorang wanita muslim. Tak kehabisan akal, Maryam pun menyulapnya hingga menyerupai suster.
Mari kita lanjut ke film pendek selanjutnya. Pemutaran film kedua berjudul Kresek. Film yang disutradarai Putu Satriya ini berdurasi 15 menit 7 detik yang mengambil lokasi di Buleleng, Bali.