Mohon tunggu...
darush shoffah
darush shoffah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menyembuhkan Luka Batin Lewat Kata

25 November 2024   08:58 Diperbarui: 1 Desember 2024   20:13 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Darush Shoffah Ziyadatur RohmahMahasiswi Fakultas HukumUniversitas Muhammadiyah Malang

Gaya bahasa Bagas sangat puitis dan penuh dengan emosi, membuat pembaca lebih mudah merasakan dan memahami setiap perasaan yang dituangkan dalam tulisan. Hal ini menjadikan buku ini sangat personal dan relevan untuk mereka yang pernah mengalami luka batin. Pendekatan yang realistis terhadap penyembuhan, alih-alih memberi kesan bahwa semua masalah akan cepat berlalu, buku ini mengajarkan bahwa proses penyembuhan adalah perjalanan panjang dan butuh waktu. Buku ini tidak memberi "obat instan," tetapi justru merangkul kenyataan bahwa rasa sakit perlu dialami sebelum sembuh.

Isi yang relatable dan universal, banyak pembaca yang merasa isi dari buku ini sangat dekat dengan pengalaman pribadi mereka. Topik tentang cinta, kehilangan, dan harapan membuat buku ini bisa dinikmati oleh berbagai kalangan yang pernah mengalami kesulitan dalam hubungan atau sedang mencari ketenangan. Pengembangan emosi yang baik, buku ini memberikan perjalanan emosional yang dalam, di mana pembaca akan diajak masuk ke dalam pergolakan batin dan proses pendewasaan penulis. Pembaca bisa ikut merenungi makna kehidupan dan belajar menerima masa lalu yang tidak dapat diubah. Ilustrasi yang menyentuh, beberapa edisi buku ini dilengkapi dengan ilustrasi yang mendukung isi dan perasaan yang ada di setiap bab. Ini memberikan pengalaman visual yang mendalam, melengkapi nuansa narasi dan puisi yang ada di dalamnya.

Tema yang terlalu melankolis, buku ini sangat berfokus pada perasaan kesedihan, kehilangan, dan penyembuhan, yang bisa terasa berat atau monoton bagi sebagian pembaca. Untuk mereka yang mencari bacaan yang lebih ceria atau inspiratif, buku ini mungkin terasa terlalu emosional atau melankolis. Kurangnya alur yang jelas, sebagai kumpulan puisi atau refleksi, buku ini tidak memiliki alur cerita yang terstruktur, yang mungkin membuat beberapa pembaca sulit untuk terhubung dengan isi buku dari awal hingga akhir. Hal ini dapat membuat pembaca merasa seperti membaca catatan pribadi tanpa tujuan yang jelas.

Penyampaian pesan yang berulang, karena tema besar buku ini adalah tentang proses penyembuhan, beberapa bagian mungkin terasa berulang dengan penyampaian pesan serupa. Hal ini bisa membuat pembaca merasa jenuh atau tidak menemukan perspektif baru seiring dengan perjalanan membaca. Bahasa yang puitis dan abstrak, gaya bahasa puitis memang menjadi kekuatan, tapi juga bisa menjadi kelemahan bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan metafora atau bahasa abstrak. Terkadang, makna yang ingin disampaikan oleh penulis terasa sulit dipahami, terutama bagi pembaca yang menginginkan ungkapan yang lebih lugas. Kurang memberi solusi praktis, buku ini lebih fokus pada perasaan dan proses penyembuhan emosional secara personal, namun kurang memberikan langkah-langkah praktis untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Bagi mereka yang mencari nasihat yang lebih konkret atau strategi untuk menghadapi rasa sakit, buku ini mungkin terasa kurang memadai.

Kesimpulan buku "Nanti Juga Sembuh Sendiri" karya Helo Bagas adalah tentang perjalanan hidup, pengalaman, dan refleksi diri dalam menghadapi berbagai tantangan emosional, mental, dan kehidupan sehari-hari. Buku ini menyampaikan pesan bahwa kesembuhan, baik dari luka batin maupun tantangan hidup adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan keikhlasan. Helo Bagas mengemas buku ini dengan gaya yang ringan namun penuh makna, membagikan cerita-cerita inspiratif dan personal yang relatable dengan pembaca. Ia mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki cara dan waktu yang berbeda untuk sembuh, dan proses tersebut tidak harus dipaksakan. Kesembuhan sejati datang dengan memahami diri sendiri, menerima keadaan, dan menemukan kekuatan untuk melangkah maju. Pesan utama buku ini adalah bahwa apa pun luka atau masalah yang dihadapi, semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya, selama kita terus berusaha dan percaya pada proses kehidupan.

Darush Shoffah Ziyadatur RohmahMahasiswi Fakultas HukumUniversitas Muhammadiyah Malang
Darush Shoffah Ziyadatur RohmahMahasiswi Fakultas HukumUniversitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun