Virus Corona, telah memaksa dunia untuk melakukan social distancing atau physical distancing. Aktivitas kantor, pabrik, transportasi umum, intitusi pendidikan dan lain-lain menjadi sepi. Semua dilakukan secara jarak jauh, online atau daring di zaman teknologi informasi ini, terutama dalam pendidikan. Kegiatan belajar dan mengajar yang sangat memerlukan tatap muka, kini sedang tidak bisa.
Pembelajaran jarak jauh, pada prinsipnya adalah proses pembelajaran dengan menggunakan media sebagai penyampai pesannya, sehingga pasti terjadi jarak antara guru, dosen, fasilitator atau tutor dengan para peserta didiknya. Oleh karenanya interaksi yang dilakukan sifatnya komunikasi bermedia atau intermediated communication. Komunikasi tatap muka dengan komunikasi bermedia sangat berbeda, hal ini dikarenakan tidak hadirnya secara utuh tanda‐tanda non-verbal, mimik wajah, senyuman, pandangan mata guru dan murid. Padahal, kontak fisik ini penting dalam komunikasi, agar pesan dapat tersampaikan dengan tepat. Adapun lewat video, rasanya akan berbeda.
Inti dari pendidikan adalah transfer pengetahuan dan akhlak yang baik. Bagaimana itu dapat terjadi dengan kondisi belajar jarak jauh, sebenarnya tidak direkomendasikan. Banyak faktor yang menyebabkan kegiatan belajar daring tidak efektif. Terutama bagaimana mengontrol kedisiplinan peserta didik dan mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik. Adapun mengenai aspek kognitif, ini dapat berjalan asalkan semangat belajar teraktualisasikan dalam diri peserta didik.
Untuk megatasi persoalan ini, maka perlu etika dan dasar komunikasi efektif dalam menjalankan pendidikan secara daring ini. Etika disini merupakan sebuah tingkah laku manusia yang seharusnya diperhatikan agar kegiatan pembelajaran itu dapat berjalan dengan baik. Jika dari perspektif Islam, maka berupa adab-adab menuntut ilmu yang harus diperhatikan oleh guru maupun murid. Jadi, etika di sini maksudnya adalah nilai-nilai kearifan yang seharusnya dilakukan seorang guru dan murid dalam kegiatan belajar yang ideal. Nah, dalam kegiatan daring, ini perlu untuk diperhatikan juga agar kegiatan daring menjadi efektif.
Secara praktiknya, seorang guru harus menyiapkan materi sebaik-baiknya sebagaimana mestinya. Jika komunikasi dengan video, maka guru harus menyiapkan naskah ceramahnya agar tersusun efektif dan runut. Sebagaimana seorang penyiar radio atau televisi profesional, mereka menyiapkan materi dan naskah siaran dengan baik, sehingga enak didengar dan pesan tersampaikan dengan baik. Begitu juga dengan guru dalam pembelajaran daring, hendaknya menyiapkan juga kompetensi komunikasi efektif seperti penyiar radio dan televisi tersebut.
Adapun murid, maka perlu melakukan penghormatan gurunya sebagaimana mestinya dengan fokus dan memperhatikan materi secara seksama, kemudian mencatat apa yang disampaikan. Jika murid itu masih setingkat SD, maka peran orang tua dalam mendidik adab dirumah sangat penting.
Jika SMP, SMA, dan Mahasiswa, diharapkan guru dan sekolahan/universitas gencar menasehati untuk belajar dengan etika yang benar agar ilmu didapatkan dengan baik. Ini juga akan bermanfaat sekali untuk konsep merdeka belajar yang digagas kementrian pendidikan.
Adapun dasar komunikasi yang perlu diperhatikan, antara lain: adanya sumber, pesan, media dan penerima. Keempat unsur teori komunikasi yang mendasar ini perlu untuk diperhatikan. Sekilas memang sederhana dan mendasar. Namun dalam praktiknya, ternyata tidak mudah untuk dikendalikan. Karena dibalik komponen-komponen tersebut ada kondisi‐kondisi yang harus dipertimbangkan agar komunikasi menjadi efektif.
Contohnya, saat kita memerintahkan siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan dikumpulkan pada waktu yang ditentukan, pada kenyataannya pesan atau perintah tersebut tidak bisa 100% dikerjakan. Atau saat pemberian informasi perkuliahan online, ada saja mahasiswa yang tidak hadir dalam kuliah online tersebut. Saat pembelajaran online dilakukan, ada saja pesan yang tidak jelas, namun diabaikan. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif.
Maka, untuk itu diperlukan strategi pembelajaran yang telah mapan. Siapa yang berperan paling besar dan paling menentukan di sini? Ya, tentu saja guru menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Peran guru atau komunikator dalam konsep komunikasi, sangat besar. Bagaimana guru membuat suatu perencanaan dalam proses pembelajaran dan juga melaksanakannya sesuai dengan rencana, sudah bisa menjadi contoh bagi peserta didiknya.
Ada sebuah pepatah yang penting dalam dunia pendidikan. Yakni pepatah yang mengatakan bahwa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” yang mengandung makna bahwa guru adalah teladan dari para peserta didiknya, dan mengibaratkan bahwa apa yang dilakukan guru dengan baik belum tentu murid mencontohnya.