Jadi, WEF (Water-Food-Energy) Nexus yang dibahas serius oleh FAO (Food and Agriculture Organization of United Nations) PBB, al-Qur'an sudah mengisyaratkan elemen-elemen penting kehidupan itu untuk diperhatikan.
Seorang Muslim, yang menyakini Allah, selaku satu-satunya Pencipta dan Pemilik Alam Semesta, dan dari Qur'an itu ia menjalani hidupnya, apakah ia bisa menjadi manusia yang sangat peduli dengan lingkungan seperti Greta Thunberg? Tentu saja! dan itu harus! Namun, memang fakta peradaban Islam yang mengalami malaise dan keruntuhan ini ada-ada saja yang menghalangi untuk memunculkan semangat hidup yang terpancar dari al-Qur'an itu.
Hambatan itu datang dari internal (kejumudan, kejahiliahan, dll) dan eksternal, isme-isme budaya Barat (sekularisme, liberalisme, pluralisme, gender, dll) yang menekan dari luar dan masuk di dalam pemikiran umat Islam.
Jika tidak pandai meletakkannya sebagai landasan ontologis, epistemolois dan aksiologis, akan sangat mudah dicap radikalis-teroris. Atau masalah lain, seperti ia menolak mengurusi apa-apa yang berkaitan dengan ilmu alam-sosial sains (menjadi orang konservatif-sekuler), karena Islam hanya dipahami sebatas ritual saja. Serta sekuler-liberal-atheis, dengan mengatakan menjadi orang baik dengan alam dan sosial tak harus menggunakan Agama.
Semoga, dengan adanya fenomena ini, menggugah orang-orang yang beriman dan catatan bagi penulis sendiri, untuk lebih semangat dalam menjaga lingkungan dan peduli krisis iklim dan masa depan pertanian ini. Jangan mau kalah dengan Greta Thunberg. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H