Mohon tunggu...
Darul Musthafa
Darul Musthafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN-TIP UPN "Veteran" Jawa Timur Gerakkan Pemilahan Sampah di Pondok Darul Musthafa Solo

16 Agustus 2023   11:03 Diperbarui: 21 Agustus 2023   08:55 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                  

Karanganyar- Kegiatan pemilahan sampah di Indonesia ternyata masih kurang. Masyarakat masih sulit membiasakan diri membuang sampah sesuai jenis. Padahal, pemilahan sampah penting agar sampah dapat Kembali dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai guna mempunyai value.

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2018 mencatat jumlah sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun dan sebanyak 64 persen berakhir di TPA. Menurut data dari BPS, pada tahun tersebut tingkat perilaku tidak memilah sampah sebelum dibuang masih sangat tinggi yaitu 81,16 persen.

"Kunci utama suksesnya pengelolaan sampah sampah termasuk daur ulang itu adalah pemilahan. Yang paling baik adalah pemilahan yang bersumber di beberapa tempat seperti rumah, kantor, sekolah dan lainnya," kata Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Kementrian LHK Ujang Solihin Sidik di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ujang mencontohkan negara maju seperti Jepang sudah mulai melakukan pemilahan sampah rumah tangga yang mencapai 22 jenis.

Di Indonesia, Ujang menjelaskan pemerintah sudah menggalakan pemilahan sampah. Namun, masyarakat masih belum memiliki kesadaran untuk menjalankan program ini.

"Tidak perlu sampai 22 jenis. Cukup memilah 2 saja organik dan anorganik," ujarnya.

Sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk seperti sisa dapur dan sampah makanan. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang dihasilkan dari proses teknologi seperti logam, plastic, kaleng dan sebagainya.

                                             

Dokpri
Dokpri

Maka dari itu kelompok KKN asal UPN "Veteran" Jawa Timur dibawah naungan LPPM dibawah bimbingan DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) Bapak Asif Faroqi, S.Kom., M.Kom turut berkontribusi agar pemilahan sampah dapat berjalan optimal. Langkah tersebut dilakukan dimulai dari mencontohkan skala kecil yakni di lingkungan sekolah. Mereka melakukannya dengan mempraktekkan sendiri, lalu memberikan edukasi ke lingkungan sekolah di Pondok Pesantren Darul Musthafa Karang Pandan, Solo. Mereka melakukannya dengan cara membeli 2 tempat yang akan digunakan sebagai wadah sampah. Lalu masing-masing wadah tersebut yang satu diberi nama organik yang berarti untuk meletakkan sampah organik selanjutnya diberi nama non-organik yang berarti digunakan untuk sampah non-organik. Selanjutnya jika sampah organik sudah terkumpul dimasukkan kedalam karung untuk diberi cairan atau larutan EM-4 (Effetive Microorganisms) lalu ditutup, larutan EM-4 sendiri memiliki fungsi untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan mengurangi bau yang tidak sedap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun