Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Agar Kebiasaan Menulis Tidak Stagnan

23 November 2017   14:23 Diperbarui: 22 Desember 2017   16:05 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai akibatnya, kita menjadi tidak pernah benar-benar paham bagaimana sebenarnya kualitas tulisan kita. Tentu ini merupakan sesuatu yang tidak baik ketika kita berbicara tentang bagaimana proses belajar menulis itu seharusnya ditempuh.

Untuk itu, berikut beberapa trik agar kita bisa menilai tulisan sendiri secara objektif.

Pertama, dengan mengambil jarak. Ketika tulisan selesai dibuat, maka hal paling penting yang harus dilakukan oleh penulis ialah mengambil jarak dari tulisan yang telah dihasilkannya.

Hal itu bisa kita tempuh melalui bermacam cara. Misalnya dengan mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, seperti memasak, berjalan, menyapu, membaca, ngobrol, dlsb. Kegiatan ini penting, karena kadang juga dari sanalah kita akan mendapatkan tambahan inspirasi atau bumbu untuk mempersedap tulisan kita.

Setelah itu, barulah kita boleh membaca lagi tulisan yang telah kita hasilkan. Dalam hal ini, kita harus memosisikan diri sebagai sebenar-benar pembaca. Pembaca penuh, tanpa embel-embel penulis. Lupakan selupa-lupanya kalau tulisan itu merupakan karya sendiri.

Jika bisa melakukannya, maka kita akan bisa dengan mudah menemukan kekurangan dalam tulisan kita, mengakui kekurangan itu, mengkritik, atau bahkan menertawakannya sambil bergumam, "Ini apaan sih?".

Kedua, mencari pembanding. Pembanding di sini bisa dalam hal genre atau tema tulisan. Ketika kita selesai menulis laporan perjalanan misalnya, alangkah lebih baiknya jika kita kemudian juga membaca jenis tulisan serupa. Ketika kita selesai mencipta puisi, akan lebih baik jika kemudian kita juga membaca puisi. Ketika kita tadi menulis esai tentang pendidikan, cobalah membaca tulisan dengan tema serupa. Demikian seterusnya.

Dengan membaca tulisan pembanding, kita tidak hanya akan menemukan kekurangan tulisan, tetapi sekaligus kita juga akan menemukan kelebihan dan kekuatan tulisan kita.

Jogja, 21-23 November 2017

Darul Azis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun