Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Membenci Maka Aku Sensi, Aku Memuja Maka Aku Gila

17 Desember 2016   05:34 Diperbarui: 17 Desember 2016   06:53 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benci dan Cinta/Ilustrasi via http://faithandheritage.com

Sekarang ini pun saya masih menyimpan rasa benci itu. Hanya saja telah bergeser objeknya, bukan seseorang melainkan sesuatu. Yakni kepada sebuah papan reklame restoran taman yang terpajang di sepanjang jalan yang sering saya lewati. Pemasangan papan iklan tersebut memang berlebihan. Di mana-mana ada. Bahkan walaupun restorannya masih berada di 40 KM pun, iklannya sudah terlihat. Konon restoran tersebut telah mendapatkan piagam rekor MURI karena iklan-iklan tersebut.

Nah, karena rasa benci itulah anehnya saya jadi malah semakin sensitif dengan keberadaan iklan tersebut. Perhatian saya jadi sering tertuju pada iklan-iklan itu.

Dari situ saya kemudian percaya bahwa antara rasa benci dan cinta itu memang sangat tipis jaraknya. Kedua rasa itu kadang membuat kita tak benar-benar mengerti apa yang terjadi. 

Loh..kok jadi mirip lirik lagunya Naif?

Loh kok iya ya?

Oh…pantesan.

Ketika menuliskan ini, saya memang sambil mendengarkan lagunya Naif yang Benci Untuk Mencinta itu. Tak terhitung lagi untuk yang keberapa kali, karena saya sudah mengatur lagu tersebut untuk diputar secara berulang-ulang secara otomatis.

Intinya hati-hati saja, karena bisa jadi rasa benci itu adalah rasa cinta yang tak diakui. Begitu juga sebaliknya, rasa cinta yang buta adalah awal dari rasa benci yang paling purna. 

Saya sudah mengalaminya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun