1. Mulai banyak membaca buku biografi atau otobiografi
Dalam pengantarnya, mantan Kepala Biro Harian Kompas wilayah Makassar tahun 2002-2004 tersebut mengaku bahwa dalam mendalami teknik penulisan sosok itu ia mengakrabi banyak buku biografi atau otobiografi orang-orang ternama yang punya cerita atau pengalaman dahsyat (hal. xvi)
2. Mulai banyak membaca buku teori menulis biografi
Tak hanya mengakrabi banyak buku biografi dan otobiografi, ia pun kemudian juga banyak membaca buku-buku teori menulis biografi. Walaupun menurutnya, yang lebih penting dari semua itu adalah mendalami dan langsung mengeksplorasi orang yang akan ia sosokkan, yakni dengan membaca biografinya, mendengar tentang dirinya dari keluarga atau kerabat, dan wawancara langsung dengan yang bersangkutan.
3. Mulai banyak membaca tulisan mengenai sosok, baik di media massa cetak maupun online
4. Mulai banyak menonton acara TV yang mengangkat sosok-sosok inspiratif
Keempat hal tersebut, saya percaya akan dapat merangsang kepekaan kita terhadap orang-orang tertentu sehingga kemudian terdorong untuk mengangkatnya ke permukaan dalam bentuk tulisan (P.S. Dalam buku tersebut, Pepih tidak menuliskan poin nomor tiga dan empat sebagaimana yang saya sebutkan di sini. Kedua poin selanjutnya merupakan tambahan dari saya. Hehe…peace..!).
Ketika Menulis Sosok, Apa Saja yang Harus Digali oleh Penulis?
- Informasi dasar orang yang akan ditokohkan dengan sedetil-detilnya (nama lengkap, tempat & tanggal lahir, keturunan, sekolah, karir, dlsb)
- Kiprah orang yang akan disosokkan pada masa kini dan pengalaman hidup yang membuatnya sampai pada kiprahnya yang sekarang.
- Keunikannya
Ketiga hal tersebut pasti akan Anda temukan ketika Anda membaca buku setebal 196 halaman ini. Salah contoh tulisan sosoknya yang sangat menarik perhatian saya adalah tentang Alwi Dahlan. Dalam tulisan tersebut, Pepih mampu menggali dengan sangat detil sosok Alwi Dahlan, mulai dari tempat dan tanggal lahir, anak dan istri, karir, buku yang ditulis, dan kiprahnya dalam berbagai bidang, hingga terkumpul sekitar 20 fakta mengenai sosok Alwi Dahlan dalam tulisan yang ia tulis bersama rekan wartawan lainnya yang kini telah menjadi “mantan wartawan Kompas”, Ricky Pitoy Tafuama dan dimuat pada Jumat 27 Desember 1996 itu.
Lalu, bagaimanakah kriteria orang yang pantas ditulis?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, menurut Pepih bisa kita mulai dengan melontarkan pertanyaan berikut, apa yang membuat orang tersebut menjadi spesial dan layak ditulis? Terkait hal ini, pasti setiap orang punya jawaban yang berbeda-beda. Namun secara umum, berikut 10 kriteria yang saya rangkum dari buku kedua pria kelahiran Tasikmalaya 52 tahun silam tersebut.