Dan tadi pagi, bersama seorang kawan, saya berangkat mruput lagi ke lokasi bazar. Kami datang pukul 07.30, dan anehnya di lokasi sudah ada banyak orang yang menunggu. Padahal bazar buku baru akan dimulai pada pukul 09.00. Artinya kami harus menunggu selama satu jam tiga puluh menit.
Saya yakin, antusias masyarakat untuk mendatangi bazar buku ini adalah karena buku-buku tersebut dijual dengan sangat murah. Buku biasa lima ribu, komik dua ribu lima ratus rupiah. Padahal buku-bukunya masih terbilang sangat bagus. Seperti buku-buku berikut ini misalnya.
Namun terlepas dari hal di atas, akan terlihat betapa masih tingginya antusiasme masyarakat kita (termasuk generasi muda) terhadap buku. Sebab tujuan membeli buku pasti untuk dibaca, bukan? Okelah kalaupun ada yang untuk dijual, sekadar buat koleksi, atau hanya untuk postingan di media sosial sekalipun, pasti suatu saat nanti --seiring hadirnya hidayah pada yang bersangkutan--, buku-buku tersebut akan dibaca juga. Atau setidaknya, jika kalimat di atas masih dirasa kurang pas, minimal bisa kita katakan bahwa interaksi masyarakat terhadap buku masihlah terbilang tinggi—di tengah gegap gempita kemajuan teknologi digital yang disinyalir semakin menjauhkan kita dengan buku. Â
Anda tertarik berburu buku (murah)? Sini ke Jogja aja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H