Sekarang tibalah waktunya untuk kita berbicara soal masyarakat hingga kemudian keluarga.
Terkait hal ini, kita bisa belajar pada Kota Jogja melalui gerakan Gerakan Belajar Anggota Masyarakat (Gerbangmas) yang dituangkan dalam Perwal Nomor 53 tahun 2014 tentang penyelenggaraan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Yogyakarta. Gerakan JBM ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat dalam meningkatkan semangat belajar dan menciptakan suasana belajar yang kondusif di lingkungan keluarga. Agar kemudian kegiatan belajar pada malam hari dapat membudaya dan menjadi sarana pendukung dalam upaya peningkatan kualitas dan prestasi pendidikan siswa.
Adapun kegiatannya berupa fasilitasi sarana belajar, pendampingan proses belajar, konsultasi belajar dan penghimpunan dana. Berdasarkan Perwal ini JBM dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) jam setiap hari antara pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB.Â
Gerakan ini memang sangat penting untuk dihidupkan (kembali) baik oleh keluarga, masyarakat, maupun pemerintah mengingat manfaatnya yang sangat besar. Gerakan semacam ini adalah bentuk partisipasi masyarakat dan keluarga dalam mendukung pendidikan anak. Sehingga lingkungan masyarakat dan keluarga jadi semakin kondusif dan edukatif.
Saya sendiri pernah merasakannya, dulu sewaktu masih SD-SMP sejak magrib kami sudah harus berada di mushola untuk mengaji sampai habis isya. Sepulang dari mengaji, kami melanjutkan aktivitas belajar di rumah sampai pukul 9 malam. Saya dulu juga sering didatangi teman-teman tetangga untuk belajar bersama, mengerjakan PR, maupun sekadar bermain atau menggambar bersama. Dalam kegiatan belajar tersebut, tak jarang orangtua kami juga ikut nimbrung baik yang tujuannya untuk membimbing maupun yang sifatnya hanya menemani  atau bahkan ikut bercanda.
Namun sayang, kebiasaan tersebut kemudian punah seiring dengan semakin ‘menariknya’ tayangan televisi.  :(
Karena Itu, Televisi Juga Harus Berbenah Diri. Atau Pemerintah Harus Lebih Tegas Lagi
Bagaimana media massa kita sekarang?
[caption caption="Meme guru dibayar rendah/facebook.com"]
Itu adalah pertanyaan penting yang semestinya juga harus kita ketengahkan ketika berbicara pendidikan semesta. Pernahkah Anda melihat sebuah meme "Guru dibayar murah dituntut untuk memperbaiki karakter dan akhlak anak-anak, sedangkan artis sinetron dibayar mahal untuk merusak karakter dan akhlak anak-anak"?. Meme tersebut seharusnya sudah sangat menampar kita tentang bagaimana televisi di Indonesia saat ini. Padahal, kita sendiri juga paham, anak-anak kita sangatlah gemar menonton televisi.
Lha kalau televisi kita semakin jauh dengan misi mencerdaskan kehidupan bangsa, bagaimana mungkin pendidikan kita akan maju?Â