Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Menulis sebagai salah satu cara untuk healing :)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Meta Latih AI dengan Data Pengguna, Data Kita Aman?

27 Desember 2024   10:43 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan Data (sumber:karya sendiri dgn tool AI)

Teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk media sosial. Salah satu perusahaan yang sedang mengembangkan AI adalah Meta, yang dikenal melalui platform seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Namun, langkah Meta untuk melatih model AI menggunakan data pengguna menimbulkan pertanyaan penting,  seberapa aman data pribadi kita? Artikel ini akan membahas rencana Meta dan bagaimana hal ini berkaitan dengan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia.

Kecerdasan buatan (AI) adalah teknologi yang memungkinkan mesin untuk belajar dari data dan melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Misalnya, ketika Anda meminta asisten virtual untuk mengatur pengingat atau menjawab pertanyaan, itu adalah contoh penggunaan AI. Namun, agar AI dapat berfungsi dengan baik, ia membutuhkan banyak data untuk belajar. Bayangkan jika Anda ingin mengajarkan anak kecil tentang hewan, Anda perlu menunjukkan banyak gambar dan menjelaskan berbagai jenis hewan agar mereka bisa memahami.

Meta berencana menggunakan data dari postingan dan interaksi pengguna di platformnya untuk melatih model AI mereka. Menurut laporan, Meta telah menggunakan sekitar 1,1 miliar data pengguna dari Instagram dan Facebook untuk melatih platform AI terbarunya yang disebut "Imagine with Meta AI". Ini berarti bahwa foto dan informasi yang kita bagikan secara publik dapat digunakan tanpa izin eksplisit dari kita. Apakah Anda merasa nyaman dengan ide bahwa foto-foto liburan Anda bisa menjadi bagian dari pelatihan AI?

Indonesia memiliki Undang-Undang No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi yang bertujuan untuk melindungi hak-hak individu terkait data pribadi mereka. UU ini memberikan pengguna hak untuk mengetahui bagaimana data mereka digunakan dan meminta agar data mereka tidak digunakan tanpa izin. Namun, seberapa banyak kita benar-benar memahami hak-hak ini?

Dengan penggunaan data pribadi dalam pelatihan AI, muncul kekhawatiran tentang privasi. Meskipun Meta mengklaim tidak menyimpan percakapan pribadi pengguna, banyak orang merasa khawatir tentang potensi penyalahgunaan data mereka. Misalnya, jika seseorang memposting foto Anda di media sosial tanpa izin, apakah itu adil jika foto tersebut digunakan untuk melatih AI?

Banyak pengguna khawatir bahwa setiap kali mereka berinteraksi dengan Meta AI, percakapan mereka dapat dipantau atau dianalisis oleh pihak ketiga, termasuk Meta sendiri. Bayangkan Anda sedang berbicara dengan teman di kafe, tetapi ada seseorang yang diam-diam merekam percakapan tersebut. Tentu saja, Anda akan merasa tidak nyaman, bukan? Begitu juga dengan interaksi kita di WhatsApp, banyak yang merasa seolah-olah mereka sedang "diperhatikan" ketika menggunakan fitur baru ini.

Kekhawatiran lain adalah kemungkinan kebocoran data pribadi. Misalnya, jika Anda membagikan informasi sensitif seperti alamat rumah atau nomor telepon saat berkomunikasi dengan Meta AI, ada risiko bahwa data tersebut bisa jatuh ke tangan yang salah. Seperti menyimpan rahasia di dalam kotak tanpa kunci, jika kotak itu terbuka, semua rahasia Anda akan terungkap.

Doxing adalah tindakan mengungkap informasi pribadi seseorang tanpa izin, yang dapat berakibat buruk bagi individu tersebut. Dengan adanya fitur AI yang mengumpulkan data dari interaksi pengguna, ada kekhawatiran bahwa informasi pribadi dapat digunakan untuk tujuan jahat, seperti pencurian identitas atau ancaman lainnya. Apakah kita ingin hidup dalam ketakutan bahwa informasi kita bisa disalahgunakan?

Meta telah berusaha meyakinkan pengguna bahwa privasi tetap menjadi prioritas utama mereka. Mereka menyatakan bahwa percakapan di WhatsApp dilindungi oleh enkripsi end-to-end, yang berarti hanya pengirim dan penerima yang dapat membaca pesan tersebut. Namun, meskipun ada jaminan ini, masih banyak pengguna yang merasa ragu dan ingin mengambil langkah untuk melindungi privasi mereka.

Lalu bagaimana langkah kita untuk melindungi privasi kita sendiri ? Bagi mereka yang merasa khawatir tentang penggunaan Meta AI, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Yang cukup populer adalah dengan menonaktifkan Fitur Meta AI. Pengguna dapat memilih untuk menonaktifkan fitur ini agar percakapan mereka tidak lagi dipantau oleh sistem AI. Namun, penting juga  untuk memahami kebijakan privasi yang ditetapkan oleh Meta agar pengguna tahu hak-haknya terkait data pribadi, dan jangan lupa, berhati - hati dalam berbagi informasi. Selalu pikirkan dua kali sebelum membagikan informasi pribadi melalui platform digital.

Menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti Meta AI di platform WhatsApp dapat memberikan kemudahan, tetapi juga menimbulkan risiko kebocoran data. Kebocoran data adalah situasi di mana informasi sensitif atau pribadi bocor dan dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang. Cara supaya tidak bocor dan data pribadi tetap terlindungi bagaimana?

Salah satu cara paling efektif untuk melindungi data pribadi adalah dengan membatasi informasi yang Anda bagikan. Hanya berikan data yang diperlukan untuk fungsi alat tersebut. Misalnya, jika Anda menggunakan Meta AI untuk mendapatkan rekomendasi, jangan berikan informasi sensitif seperti nomor identitas atau alamat rumah. Anggaplah Anda sedang berbagi rahasia dengan teman; Anda tentu tidak akan membagikan semua informasi pribadi hanya untuk mendapatkan saran tentang restoran, bukan?

Jika Anda perlu membagikan data, pastikan untuk mengubahnya menjadi anonim. Ini berarti Anda harus menghapus atau menyembunyikan informasi yang dapat mengidentifikasi diri Anda. Misalnya, jika Anda ingin memberikan umpan balik tentang layanan, gunakan istilah umum dan hindari menyebutkan nama atau detail spesifik lainnya. Ini seperti menggunakan nama samaran saat berpartisipasi dalam sebuah acara, Anda tetap bisa terlibat tanpa mengungkapkan identitas asli.

Penting untuk memahami risiko yang terkait dengan penggunaan AI dan bagaimana melindungi data pribadi. Edukasi diri sendiri dan orang lain di sekitar Anda tentang pentingnya perlindungan data. Misalnya, jika Anda bekerja dalam tim yang menggunakan Meta AI, pastikan semua anggota tim memahami cara menjaga privasi dan keamanan data mereka. Seperti halnya belajar berkendara, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, semakin aman kita saat berada di jalan.

Pertimbangkan untuk menggunakan solusi keamanan seperti Data Loss Prevention (DLP). DLP membantu mengawasi dan melindungi data sensitif dengan cara mendeteksi dan mencegah kebocoran informasi sebelum terjadi. Seperti memiliki alarm di rumah, meskipun tidak ada pencuri, alarm akan memberi tahu jika ada sesuatu yang mencurigakan.

Secara rutin memeriksa aktivitas akun Anda dapat membantu mendeteksi adanya perilaku mencurigakan. Jika Anda melihat akses dari lokasi yang tidak biasa atau aktivitas yang tidak dikenali, segera ambil tindakan dengan mengubah kata sandi atau menonaktifkan akun tersebut sementara waktu. Ini mirip dengan memeriksa pintu dan jendela rumah sebelum tidur; memastikan semuanya terkunci adalah langkah pencegahan yang baik.

Jika Anda merasa khawatir tentang privasi dan penggunaan data, pertimbangkan untuk menonaktifkan atau menghapus fitur Meta AI dari aplikasi WhatsApp Anda. Ini memberikan kontrol penuh atas informasi yang ingin Anda bagikan dan dapat mengurangi risiko kebocoran data secara signifikan. Seperti memilih untuk tidak menggunakan media sosial jika merasa terlalu banyak berbagi; kadang-kadang menjauh adalah pilihan terbaik.

Menghindari kebocoran data saat menggunakan Meta AI memerlukan kesadaran dan tindakan proaktif dari pengguna. Dengan membatasi informasi yang dibagikan, menggunakan data anonim, mendidik diri sendiri dan orang lain, serta memanfaatkan solusi keamanan, kita dapat melindungi privasi kita dengan lebih baik

Di negara-negara seperti Uni Eropa, pengguna memiliki hak untuk memilih keluar dari penggunaan data mereka untuk pelatihan AI. Namun, di negara lain seperti Australia, opsi ini tidak tersedia. Ini menciptakan ketidakadilan bagi pengguna yang merasa diperlakukan berbeda berdasarkan lokasi geografis mereka. Apakah seharusnya semua orang memiliki hak yang sama atas data pribadi mereka?

Pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk mengatur penggunaan AI dan perlindungan data pribadi. Ini penting agar pengguna dapat merasa aman saat menggunakan platform digital. Apakah Anda setuju bahwa regulasi yang lebih ketat diperlukan untuk melindungi privasi kita?

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, penting bagi kita untuk memahami bagaimana data pribadi kita digunakan oleh perusahaan teknologi seperti Meta. Dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia, kita memiliki alat untuk melindungi diri kita sendiri. Mari kita lebih sadar akan privasi kita dan aktif dalam mendiskusikan isu-isu ini. Apakah Anda sudah siap untuk mengambil langkah-langkah menjaga privasi Anda di dunia digital?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun