Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak. (Darto, 22 Oktober 2024)

Menulis sebagai salah satu cara untuk healing :)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Waspada AI sebagai Mata-Mata Digital

18 Desember 2024   08:10 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI Intelijen Digital (karya sendiri dengan tool AI)

Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, penggunaan AI juga memunculkan pertanyaan penting: Apakah AI hanya alat bantu, ataukah ia juga bisa berfungsi sebagai alat mata-mata? Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek terkait penggunaan AI dalam pengawasan, serta dampaknya terhadap privasi dan kebebasan individu.

AI adalah teknologi yang memungkinkan komputer dan mesin untuk meniru kecerdasan manusia dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Contohnya, AI dapat mengenali gambar, memahami bahasa, atau bahkan menulis teks. Misalnya, aplikasi seperti ChatGPT yang kita gunakan saat ini adalah bentuk penerapan AI dalam interaksi sehari-hari.

Bayangkan AI seperti asisten pribadi yang sangat cerdas. Ia dapat mengingat semua preferensi Anda dan membantu Anda dalam banyak hal, tetapi jika tidak diawasi, ia juga bisa mengetahui terlalu banyak tentang hidup Anda.

Penggunaan AI dalam pengawasan semakin umum, baik oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Dengan kemampuan untuk menganalisis data besar secara cepat, AI dapat mengawasi aktivitas online individu tanpa sepengetahuan mereka. Misalnya, algoritma dapat digunakan untuk memantau perilaku pengguna di media sosial atau melacak lokasi melalui ponsel pintar.

Di beberapa negara, teknologi pengenalan wajah digunakan untuk mengawasi kerumunan di tempat umum. Ini menimbulkan pertanyaan: Apakah kita nyaman dengan fakta bahwa setiap langkah kita bisa dipantau?

Salah satu kekhawatiran utama terkait penggunaan AI sebagai alat mata-mata adalah privasi individu. Data pribadi sering kali dikumpulkan tanpa izin dan dapat disalahgunakan. Misalnya, data dari aplikasi kesehatan bisa diakses oleh pihak ketiga untuk tujuan yang tidak etis.

Menurut laporan terbaru, lebih dari 50% pengguna internet merasa khawatir tentang bagaimana data pribadi mereka digunakan oleh perusahaan teknologi. Apakah kita benar-benar ingin hidup di dunia di mana setiap gerakan kita dipantau?

Pernyataan seorang tokoh yang pernah berkiprah di  Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang menyebut AI sebagai alat mata-mata memicu perdebatan publik yang sengit. Beberapa orang berpendapat bahwa penggunaan AI dalam pengawasan dapat meningkatkan keamanan, sementara yang lain khawatir akan ancaman terhadap kebebasan sipil.

Pada salah satu kesempatan di  Jakarta tahun 2024, beliau menyatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) merupakan alat intelijen yang digunakan untuk memata-matai masyarakat tanpa disadari. Ia menekankan pentingnya kemandirian internet bagi Indonesia untuk mencegah kebocoran data dan menjaga keamanan siber.

Pernyataan ini menuai beragam tanggapan. Beberapa ahli mengkritisi pandangan tersebut diatas, sementara yang lain mengakui potensi AI dalam meningkatkan kemampuan pengawasan massal. Beberapa percaya bahwa pengawasan berbasis AI dapat membantu mencegah kejahatan. Yang lain berpendapat bahwa hal itu menciptakan masyarakat yang tidak nyaman dan penuh ketakutan.

Dengan meningkatnya penggunaan AI dalam pengawasan, regulasi yang ketat menjadi sangat penting. Tanpa regulasi yang jelas, risiko penyalahgunaan teknologi ini akan semakin tinggi. Beberapa negara telah mulai menerapkan undang-undang perlindungan data pribadi untuk mengatur bagaimana data dikumpulkan dan digunakan.

Negara-negara di seluruh dunia telah mengadopsi undang-undang perlindungan data pribadi untuk mengatur bagaimana data pribadi dikumpulkan, digunakan, dan dilindungi.

Berikut adalah beberapa contoh nyata dari negara-negara yang menerapkan regulasi tersebut:

  • Uni Eropa. General Data Protection Regulation (GDPR): Diterapkan sejak Mei 2018, GDPR merupakan salah satu regulasi perlindungan data paling ketat di dunia. Regulasi ini mewajibkan organisasi untuk mendapatkan persetujuan eksplisit dari individu sebelum mengumpulkan data mereka. Selain itu, individu memiliki hak untuk mengakses, memperbaiki, dan menghapus data pribadi mereka.

  • Kanada. Digital Charter Implementation Act: Dalam proses pembaruan kerangka perlindungan datanya, Kanada memperkenalkan undang-undang baru yang mencakup Consumer Privacy Protection Act (CPPA). CPPA menetapkan aturan baru mengenai akses dan penggunaan informasi pribadi di sektor swasta serta membentuk pengadilan administratif untuk meninjau keputusan terkait pelanggaran privasi.


  • Australia. Privacy Act: Diterapkan sejak 1988, Privacy Act di Australia telah mengalami beberapa amandemen, termasuk yang terbaru pada tahun 2022. Undang-undang ini mengatur perlindungan data pribadi dan memberikan hak kepada individu untuk mengontrol informasi pribadi mereka. Amandemen terbaru berfokus pada penguatan perlindungan data setelah beberapa insiden kebocoran data besar-besaran.

  • Singapura. Personal Data Protection Act (PDPA): Diterapkan pada tahun 2012, PDPA mengatur pengumpulan, penggunaan, dan pengungkapan data pribadi oleh organisasi. Singapura juga memiliki regulasi khusus yang menangani kebocoran data di institusi publik dan swasta secara terpisah.
  • Jerman. Federal Data Protection Act (BDSG): Jerman adalah salah satu negara pertama yang mengesahkan undang-undang perlindungan data pada tahun 1970. BDSG menetapkan prinsip-prinsip dasar mengenai pengumpulan dan pemrosesan data pribadi serta memberikan hak kepada individu untuk melindungi informasi mereka.
  • Malaysia. Personal Data Protection Act 2010: Undang-undang ini memberikan kerangka hukum untuk perlindungan data pribadi di Malaysia, meskipun tidak secara eksplisit menyatakan hak atas privasi dalam konstitusi negara.

Regulasi-regulasi ini mencerminkan kesadaran global akan pentingnya perlindungan data pribadi dalam era digital, dengan tujuan untuk melindungi individu dari penyalahgunaan informasi pribadi mereka.

Penting bagi kita sebagai masyarakat untuk terlibat dalam diskusi tentang regulasi ini. Bagaimana kita bisa melindungi privasi kita sambil tetap mendapatkan manfaat dari teknologi?

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) sebagai alat mata-mata adalah isu yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian serius dari masyarakat dan pembuat kebijakan. Di satu sisi, teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan. Misalnya, dalam bidang keamanan publik, AI dapat digunakan untuk menganalisis data dari kamera pengawas untuk mendeteksi perilaku mencurigakan, sehingga dapat membantu mencegah kejahatan sebelum terjadi. Dengan cara ini, AI bisa berfungsi seperti "mata tambahan" yang membantu menjaga keamanan di lingkungan kita.

Namun, di sisi lain, ada risiko signifikan terhadap privasi dan kebebasan individu. Ketika AI digunakan untuk memantau aktivitas sehari-hari orang, seperti melalui aplikasi ponsel atau perangkat rumah pintar, hal ini dapat mengurangi rasa aman dan privasi seseorang. Contohnya, jika sebuah perusahaan menggunakan AI untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan belanja kita tanpa izin, kita mungkin merasa seolah-olah sedang diawasi setiap saat. Ini bisa membuat orang merasa tidak nyaman dan tertekan, seperti memiliki seseorang yang selalu mengawasi setiap langkah kita.

Dengan demikian, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan keamanan dan melindungi hak privasi individu. Masyarakat harus terlibat dalam diskusi mengenai batasan penggunaan AI sebagai alat mata-mata dan menetapkan regulasi yang jelas untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara etis dan bertanggung jawab.

Penting untuk memahami bagaimana teknologi ini bekerja dan dampaknya terhadap kehidupan kita sehari-hari. Mari kita berkomitmen untuk mendiskusikan dan mendorong regulasi yang melindungi hak privasi kita di era digital ini.

Apa pendapat Anda tentang penggunaan AI dalam pengawasan? Apakah Anda merasa nyaman dengan ide bahwa teknologi ini mungkin mengawasi aktivitas Anda? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar! Dengan artikel ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami kemampuan AI dalam mengumpulkan data serta tantangan yang muncul dari penggunaannya sebagai alat mata-mata. Mari kita terus belajar dan berdiskusi tentang isu-isu penting ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun