Lao Tzu dalam Tao Te Ching, Lao Tzu menyatakan, "Satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan." Meski singkat, kutipan ini mengandung makna mendalam tentang dinamika alam semesta. Sedangkan Heraclitus, seorang ilosof Yunani Kuno mengatakan , "Anda tidak dapat melangkah dua kali ke sungai yang sama, karena air yang mengalir selalu baru." Ini merupakan metafora yang kuat untuk menggambarkan sifat perubahan yang terus-menerus.
Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan dalam dunia termasuk dunia pendidikan. Setelah era Kurikulum 2013 dan kini Kurikulum Merdeka, kita kembali disuguhi wacana baru, yaitu Kurikulum Deep Learning. Konsep ini digadang-gadang sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam dan berpusat pada siswa. Namun, apa sebenarnya perbedaan mendasar antara Kurikulum Deep Learning dengan Kurikulum Merdeka yang sudah berjalan? Mari kita bedah bersama.
Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan yang memberikan keleluasaan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didiknya. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang bermakna, pengembangan kompetensi abad 21, dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Jika Kurikulum Merdeka memberi kebebasan, lalu apa yang membuat Kurikulum Deep Learning berbeda?
Kurikulum Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep yang mendalam, bukan hanya menghafal fakta. Pembelajaran dilakukan secara aktif, kolaboratif, dan berpusat pada masalah. Tujuannya adalah membentuk siswa yang berpikir kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah kompleks. Apakah Kurikulum Deep Learning hanya sekadar tren baru, atau memang menawarkan solusi yang lebih baik untuk tantangan pendidikan saat ini?
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran, terdapat beberapa perbedaan mendasar:
Pertama, Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada fleksibilitas dan pengembangan profil pelajar Pancasila, sedangkan Kurikulum Deep Learning lebih fokus pada kedalaman pemahaman konsep. Â Bayangkan Kurikulum Merdeka seperti sebuah taman bermain yang luas. Di taman ini, setiap anak bebas memilih wahana yang ingin mereka mainkan. Guru seperti seorang pemandu yang membantu anak-anak menemukan wahana yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi dan kebutuhan siswa di sekolah tersebut. Jadi, tidak semua sekolah harus mengajarkan materi yang sama dengan cara yang sama. Kurikulum ini juga menekankan pada pembentukan karakter siswa yang berakhlak mulia, kreatif, kritis, dan mandiri. Ini seperti menanamkan benih-benih kebaikan dalam diri siswa agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa dan negara.
Kedua, Kurikulum Deep Learning menggunakan metode pembelajaran yang lebih aktif dan berpusat pada siswa, seperti proyek berbasis masalah dan pembelajaran kolaboratif. Apa itu Pembelajaran yang Lebih Aktif dan Berpusat pada Siswa? Bayangkan siswa sedang belajar tentang sejarah. Dalam metode pembelajaran yang lebih tradisional, siswa mungkin hanya diminta membaca buku pelajaran dan menghafal tanggal serta peristiwa penting. Siswa akan diajak untuk "menjelajahi" masa lalu seolah-olah siswa hidup di zaman itu. Misalnya, siswa bisa membuat proyek simulasi kehidupan sehari-hari di masa kerajaan Majapahit. Siswa akan bekerja sama dengan teman-teman untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Misalnya, siswa bisa membuat presentasi kelompok tentang tokoh-tokoh pahlawan nasional.
Siswa akan didorong untuk mencari tahu sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang siswa miliki. Misalnya, siswa bisa melakukan eksperimen sederhana untuk membuktikan suatu teori ilmiah. Mengapa Metode Ini Penting? Metode pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa dianggap lebih efektif. Belajar menjadi lebih menyenangkan karena siswa tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung akan lebih mudah diingat daripada informasi yang hanya dihafal. Selain mendapatkan pengetahuan, siswa juga akan mengembangkan keterampilan seperti berpikir kritis, berkomunikasi, dan bekerja sama.
Yang ke-3, Kurikulum Deep Learning bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, sedangkan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang relevan dengan dunia kerja.
Bayangkan otak siswa seperti sebuah otot. Semakin sering siswa melatihnya, semakin kuat dan cerdas siswa menjadi. Nah, Kurikulum Deep Learning itu seperti program latihan otak yang intensif. Siswa dilatih untuk menganalisis informasi, menemukan pola, dan mengambil keputusan berdasarkan fakta. Siswa didorong untuk berpikir "out of the box" dan menemukan solusi-solusi yang inovatif. Siswa dilatih untuk menghadapi masalah yang rumit dan mencari solusi yang efektif.
Kurikulum Deep Learning memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa potensi tersebut antara lain, siswa lebih aktif dan terlibat. Dengan pendekatan yang lebih aktif dan menarik, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Kurikulum Deep Learning mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis. Siswa yang dilatih dengan Kurikulum Deep Learning akan lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks.
Meskipun memiliki banyak potensi, penerapan Kurikulum Deep Learning tentu tidak tanpa kendala, beberapa kendala yang mungkin timbul antara lain, Kurangnya kesiapan guru. Â Tidak semua guru memiliki kompetensi yang cukup untuk menerapkan Kurikulum Deep Learning.Pembelajaran yang aktif membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Penerapan Kurikulum Deep Learning membutuhkan perubahan budaya sekolah yang cukup signifikan.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penerapan Kurikulum Deep Learning. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru antara lain, meningkatkan kompetensi. Guru perlu mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya dalam menerapkan Kurikulum Deep Learning. Guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi siswa. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif.
Pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan, akan memberikan dukungan penuh terhadap penerapan Kurikulum Deep Learning Pemerintah dengan mengalokasikan anggaran yang cukup untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Deep Learning. Disamping itu, pemerintah perlu mengembangkan kurikulum yang lebih rinci dan jelas dan menyelenggarakan pelatihan guru secara massal dan berkelanjutan.
Kurikulum Deep Learning adalah sebuah transformasi besar dalam dunia pendidikan. Apakah siswa siap untuk menyambut perubahan ini? Sebagai guru, orang tua, atau pemerhati pendidikan, siswa semua memiliki peran penting dalam menyukseskan Kurikulum Deep Learning. Mari siswa sama-sama belajar, beradaptasi, dan bekerja sama untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Ingat, masa depan pendidikan ada di tangan siswa
Kurikulum Deep Learning mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif, kreatif, dan kritis. Dengan metode pembelajaran yang lebih aktif dan berpusat pada siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi diri secara optimal dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Intinya, dalam Kurikulum Deep Learning, siswa bukan hanya penerima informasi, tetapi juga sebagai penemu, penjelajah, dan pemecah masalah. Proses belajar menjadi lebih menyenangkan, bermakna, dan relevan dengan kehidupan nyata.
Artikel ini bersifat opini dan didasarkan pada informasi yang tersedia saat ini. Kurikulum Deep Learning masih terus berkembang dan mungkin akan ada penyesuaian di masa mendatang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H